ASIATODAY.ID, NEW YORK – United Nations (PBB) World Economic Situation and Prospects (WESP) 2020 memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi global kemungkinan mencapai 2,5 persen pada tahun ini. Akan tetapi peningkatan ketegangan perdagangan, gejolak keuangan, dan peningkatan ketegangan geopolitik dapat menggagalkan pencapaian tersebut.
Dalam skenario penurunan, pertumbuhan ekonomi global diramal melambat menjadi hanya 1,8 persen pada tahun ini. Pelemahan berkepanjangan dalam kegiatan ekonomi global dapat menyebabkan kemunduran yang signifikan untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja yang layak untuk semua.
“Pada saat yang sama, ketidaksetaraan yang meluas dan krisis iklim yang semakin dalam memicu ketidakpuasan yang tumbuh di banyak bagian dunia lainnya,” kata laporan yang diluncurkan markas PBB di New York, melansir Xinhua, Sabtu (18/01/2020).
Dipengaruhi oleh perselisihan perdagangan yang berkepanjangan, ekonomi global mengalami pertumbuhan terendah dalam satu dasawarsa dan merosot menjadi 2,3 persen pada 2019.
“Namun, dunia dapat melihat sedikit peningkatan dalam kegiatan ekonomi di 2020 jika risiko tidak terjadi,” tulis laporan PBB.
Di Amerika Serikat (AS), penurunan suku bunga acuan baru-baru ini oleh Fed memberikan dukungan untuk kegiatan ekonomi. Namun, mengingat ada ketidakpastian kebijakan terus-menerus, kepercayaan bisnis yang lemah dan berkurangnya stimulus fiskal, pertumbuhan PDB di AS diperkirakan melambat dari 2,2 persen pada 2019 menjadi 1,7 persen di 2020.
Di Uni Eropa, manufaktur akan terus ditahan oleh ketidakpastian global, tetapi sebagian diimbangi oleh pertumbuhan stabil dalam konsumsi swasta yang memungkinkan adanya kenaikan moderat dalam pertumbuhan PDB dari 1,4 persen pada 2019 menjadi 1,6 persen di 2020.
“Meskipun ada hambatan besar, Asia Timur tetap menjadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi global,” ungkap laporan itu.
Di China, pertumbuhan PDB diproyeksikan moderat secara bertahap dari 6,1 persen di 2019 menjadi 6,0 persen pada 2020 dan 5,9 persen pada 2021, didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal yang lebih akomodatif. Pertumbuhan di negara-negara berkembang besar lainnya, termasuk Brasil, India, Meksiko, Rusia dan Turki, diperkirakan mendapatkan momentum di 2020.
“Kemajuan menuju standar hidup yang lebih tinggi telah macet bagi banyak orang,” tulis laporan itu.
Sementara itu, Afrika telah mengalami satu dekade stagnasi dalam PDB per kapita dan banyak negara di dunia masih sakit akibat dampak penurunan harga komoditas pada 2014 hingga 2016, yang mengakibatkan kerugian produksi yang terus-menerus dan kemunduran dalam pengurangan kemiskinan. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post