ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pariwisata Bali jadi barometer kebangkitan industri pariwisata di Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
“Jika pariwisata Bali tidak pulih, seluruh destinasi wisata Indonesia bisa lumpuh,” terang Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa, dalam keterangan tertulis Senin (27/7/2020).
“Recovery Bali menjadi penting untuk pariwisata nasional, regional dan global,” kata Suharso.
Menurut Suharso, dua sektor yang memiliki daya ungkit dalam pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemi yakni manufaktur dan pariwisata.
Pulau Dewata merupakan jantung pariwisata Indonesia yang berkontribusi sekitar 50 persen untuk sektor pariwisata Indonesia, menghasilkan devisa hampir USD10 miliar dari total devisa USD18 miliar.
Karena itu, Suharso mendorong kementerian/lembaga untuk mengadakan kegiatan nasional atau kegiatan internal di Bali.
Pada 2-5 Agustus 2020, Menteri PPN dan jajaran akan mengadakan kunjungan kerja ke Pulau Seribu Pura itu untuk meninjau kelangsungan sejumlah proyek utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Suharso mengungkapkan, wisatawan mancanegara, juga berniat untuk berkunjung ke Bali setelah sejumlah relasinya dari Singapura, Australia, Belanda, Inggris, dan Jepang berniat datang ke pulau Bali.
“Ini menggembirakan karena wisatawan tidak terjadi paranoid atas kejadian pandemi ini, apalagi sekarang kompetisi luar biasa untuk menemukan vaksin, tentunya sambil memperhatikan protokol kesehatan,” imbuhnya.
Menurut Suharso, Bali memiliki keunggulan dalam pemulihan pariwisata karena didukung infrastruktur hingga kearifan lokal masyarakatnya, diantaranya sistem keamanan adat atau Pecalang yang berperan aktif membantu pengawasan untuk menekan penyebaran Covid-19.
Dampak Covid-19 sejauh ini membuat perekonomian Bali tertekan hingga mencapai di bawah nol pada triwulan pertama tahun ini. Hal itu terjadi karena kunjungan pariwisata mengalami kontraksi atau minus 82,8 persen.
“Kunjungan wisatawan ke Indonesia tahun 2020 diprediksi turun 12-16 juta, tentu hal ini membuat Indonesia akan kehilangan devisa sekitar 15-16 miliar dolar,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post