ASIATODAY.ID, ROMA – Reformasi sektor keuangan yang diberlakukan setelah krisis keuangan global 15 tahun lalu sejauh ini telah membantu melindungi bank-bank Eropa agar tidak terdampak lebih parah oleh krisis perbankan yang sedang berlangsung, ungkap para analis. Namun, masalah-masalah terbaru yang terjadi saat ini masih belum sepenuhnya berakhir.
Pasar-pasar saham Eropa baru saja mengakhiri pekan keduanya secara berturut-turut dengan volatilitas yang tinggi. Pada Jumat (24/3), sesi terakhir pada pekan tersebut, sebagian besar saham ditutup lebih rendah, dengan indeks blue-chip di Paris dan Frankfurt masing-masing turun 1,7 persen, sementara di Milan saham merosot 2,2 persen, dan di Amsterdam turun 1,6 persen.
Selama 10 sesi terakhir, saham Eropa secara luas turun sebanyak tujuh kali, dengan saham sektor perbankan menjadi faktor utama kenaikan dan penurunannya.
Rapuhnya sektor perbankan saat ini dipicu oleh kebangkrutan dua bank regional di Amerika Serikat, yakni Silicon Valley Bank di California dan Signature Bank di New York. Tidak lama setelah itu, Credit Suisse Swiss juga kehilangan hampir seperempat valuasinya dalam satu hari pada 15 Maret.
Namun, pasar-pasar telah diperingatkan pada pekan lalu ketika UBS, saingan utama Credit Suisse, mengakuisisi pemberi pinjaman yang tengah bermasalah tersebut senilai sekitar US$3 miliar (1 dolar AS = Rp15.181). (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post