ASIATODAY.ID, JAKARTA – Restorasi Ekosistem kini menjadi agenda setiap negara di dunia untuk menata masa depan planet bumi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendengungkan, planet bumi saat ini menghadapi tiga keadaan darurat lingkungan paling krusial mulai dari hilangnya keanekaragaman hayati (Biodiversity), gangguan iklim, dan meningkatnya polusi.
“Ilmu pengetahuan memberi tahu kita bahwa 10 tahun ke depan ini adalah kesempatan terakhir kita untuk mencegah bencana iklim, membalikkan gelombang polusi yang mematikan dan mengakhiri hilangnya spesies,” terang Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat (4/6/2021) dalam momentum Hari Lingkungan Hidup Internasional.
Guterres menyalahkan perilaku manusia, termasuk penggundulan hutan, pencemaran sungai dan lautan, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan sebagai penyebab buruknya kesehatan planet Bumi.
Untuk memperbaiki kerusakan, masyarakat sudah saatnya mulai kembali melakukan reboisasi, membersihkan sungai dan laut, serta menghijaukan kota.
Dalam laporan terbaru, Program Lingkungan PBB mengatakan populasi global menggunakan sekitar 1,6 kali lipat dari apa yang dapat disediakan alam secara berkelanjutan, yang berarti konservasi tidak memadai untuk mencegah degradasi ekosistem.
Laporan tersebut mengatakan jika tindakan diambil sekarang, manusia akan mendapat manfaat dari udara dan air yang lebih bersih, serta kesehatan yang lebih baik, dan berkontribusi pada perlambatan perubahan iklim.
Di Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mengatakan restorasi ekosistem yang dilakukan Indonesia selama periode 2015-2021 telah berhasil memulihkan lahan terdegradasi dengan luas total sekitar 4,69 juta hektare (ha).
“Restorasi ekosistem penting dilakukan untuk mencegah kerusakan lahan dan menjaga kelestarian lingkungan. Jika restorasi dilakukan dengan konsisten maka bisa berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca,” kata Siti Nurbaya, saat berbicara di Hari Lingkungan Hidup Sedunia, di Jakarta, Sabtu (5/6/2021).
Menurut Siti Nurbaya, restorasi ekosistem selama periode 2015-2021 saat ini berupa pemulihan lahan dengan total 4,69 juta hektare dan didalamnya sudah termasuk gambut dan mangrove.
“Peringatan hari lingkungan hidup sedunia ini harus menjadi momentum untuk perbaikan lingkungan hidup berkelanjutan dan upaya restorasi ekosistem yang dilakukan pemerintah dan melibatkan lapisan masyarakat membuahkan hasil yang manis,”
Menteri LHK menegaskan, Indonesia selalu bersemangat dalam memulihkan lingkungan melalui restorasi dan rehabilitasi hutan, keduanya dilakukan agar berkesinambungan dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission paling lama 2060.
“Pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati harus berkelanjutan dan menjadi satu bagian dari pemulihan ekonomi nasional,” tandasnya.
Selain itu, restorasi ekosistem juga dilakukan dalam bentuk izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem, yang dimaksud dengan restorasi adalah memulihkan kondisi hutan yang rusak atau terdegradasi. Restorasi bisa dilakukan dengan sistem tebang pilih dan tanam kembali.
Berdasarkan data KLHK, saat ini terdapat 16 unit manajemen restorasi ekosistem di hutan produksi dengan luas 622.821 hektare.
“Restorasi ekosistem yang dilakukan pemerintah juga membutuhkan peran masyarakat sekitar kawasan hutan untuk memantau dan juga mengelolanya,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post