ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi COVID-19 mendorong perubahan mendasar dalam cara perusahaan beroperasi, mempercepat kebutuhan akan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dan lincah guna mendukung kesuksesan bisnis.
Menurut studi Tren Talenta Global Mercer 2021, dampak finansial dan disrupsi kehidupan kerja yang disebabkan oleh pandemi telah mendorong perusahaan di Indonesia untuk fokus pada restrukturisasi tenaga kerja (45%) dan pengasahan keterampilan pada tahun 2021 (41%) guna mempersiapkan bisnis dan tenaga kerja untuk menghadapi masa depan.
Yang juga menjadi prioritas utama mereka adalah meningkatkan pengalaman karyawan (30%), sementara perusahaan berupaya menciptakan lingkungan kerja fleksibel yang positif dan produktif serta meningkatkan program kesehatan dan kesejahteraan mereka untuk memaksimalkan dampak dan memenuhi ekspektasi karyawan yang terus meningkat
Restrukturisasi tenaga kerja dan peningkatan keterampilan untuk kesuksesan masa depan
Sifat disrupsi saat ini menuntut perusahaan bertransformasi dengan cepat agar tetap menjadi yang terdepan dalam persaingan, dan menurut survei Mercer, 45% perusahaan Indonesia menyebutkan restrukturisasi tenaga kerja sebagai fokus utama mereka pada tahun 2021. Ketika bekerja secara jarak jauh menjadi hal lazim dengan pergeseran ke pengaturan kerja yang lebih fleksibel, 52% perusahaan telah menerapkan atau berencana untuk menerapkan keselarasan antar struktur (metode, proses, dan sistem) yang lebih besar sembari memastikan bahwa inklusivitas juga tertanam dalam budaya (nilai dan perilaku), dibandingkan dengan 34% secara global.
COVID-19 juga membuktikan bahwa penyesuaian kapasitas dan pengalihan sumber daya yang cepat menjadi sangat penting untuk kesuksesan. 41% perusahaan mempermudah proses berbagi talenta secara internal sebagai akibat dari COVID-19, dan 41% lainnya berencana untuk melakukannya pada tahun 2021. Karena bekerja secara jarak jauh menjadi hal yang lazim dan cara kerja yang baru juga menuntut keterampilan baru, perusahaan berupaya untuk berfokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja yang ditargetkan untuk kelompok talenta yang kritikal (74%); menciptakan kembali fleksibilitas untuk tenaga kerja mereka (55%), dan memperluas talenta serta ekosistem pembelajaran mereka (49%). Sementara 40% perusahaan mengidentifikasi keterampilan baru yang diperlukan untuk operasional pasca-COVID, hanya 30% pemimpin SDM, (dibandingkan dengan 14% rekan global mereka) yang telah menerapkan strategi talenta berbasis keterampilan seperti kerangka kerja bayar sesuai keterampilan (pay-for-skill).
Menurut Isdar Andre Marwan, Direktur dari Mercer Indonesia, perusahaan di Indonesia melihat manfaat dari mengadopsi model bisnis yang lebih fleksibel dan mulai berinvestasi dalam mentransformasi tenaga kerja mereka untuk menghadapi ekonomi dunia baru.
“Ke depannya, melihat pekerjaan dan orang melalui perspektif keterampilan akan menjadi hal yang sangat penting karena memungkinkan mereka bertindak cepat dan fleksibel dalam menghadapi disrupsi. Namun, mengadopsi model talenta berbasis keterampilan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan Indonesia. Agar strategi talenta berbasis keterampilan berhasil, karyawan harus memahami bahwa mempelajari keterampilan baru akan menghasilkan imbalan, penghargaan, atau promosi yang nyata, tetapi hanya satu dari sepuluh perusahaan yang memiliki program untuk memberikan imbalan atas keterampilan. Membuat karyawan sepaham dengan cara baru untuk mengukur nilai dan membangun kapabilitas mereka akan diperlukan agar strategi talenta berbasis keterampilan dapat bekerja dengan baik,” kata Isdar melalui keterangan tertulisnya, Jumat (5/3/2021).
Pengalaman karyawan sangat penting untuk mendorong pemulihan bisnis
Perusahaan berfokus pada kebutuhan dasar karyawan akan keselamatan, stabilitas, dan keamanan selama fase pertama krisis COVID-19. Namun, kebutuhan dan ekspektasi karyawan tersebut terus berkembang, yang mengharuskan perusahaan menerapkan pendekatan yang lebih holistik memasuki fase pemulihan berikutnya.
Di Indonesia, 49% perusahaan berencana untuk menawarkan akses yang lebih besar ke opsi kesehatan dan manfaat jarak jauh, dibandingkan dengan hanya 36% dari rekan global mereka. Penyampaian perawatan digital akan menjadi inti dari program untuk melibatkan kembali karyawan dalam kesejahteraan jangka panjang mereka: 49% menginginkan diterapkannya pemeriksaan kesehatan digital untuk mendukung target kesehatan dan 40% lainnya menambahkan manfaat untuk mengatasi masalah kesehatan mental atau emosional. Selain itu, 82% organisasi telah menggunakan atau berencana untuk meningkatkan analitis kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Perusahaan juga mulai menyadari bahwa kesejahteraan finansial sangat penting bagi karyawan, dengan empat dari 10 perusahaan berupaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan finansial karyawan melalui analitis.
Bekerja secara fleksibel, yang juga dipercepat akibat COVID-19, telah terbukti penting bagi pengalaman karyawan baru. Lebih dari 60% organisasi telah memperluas kebijakan dan praktik bekerja secara fleksibel, dan 34% lainnya berencana untuk menerapkan hal tersebut pada tahun 2021. Untuk membantu karyawan beradaptasi dengan cara bekerja baru, perusahaan Indonesia mempercepat program dan kebijakan yang memungkinkan karyawan beradaptasi dengan cara bekerja baru (36%); mentransformasikan model operasional SDM menjadi lebih lincah (27%) dan mempercepat transformasi digital SDM (20%).
Godelieve van Dooren, South East Asia Growth Markets Leader dan Asia Zone Career Business Leader, Mercer mengatakan kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi karyawan yang beragam semakin mendesak, terutama saat organisasi harus menemukan kembali diri mereka guna menghadapi era baru.
“Dengan meningkatnya bekerja secara fleksibel, transformasi digital tetap menjadi jalur penting untuk memberikan pengalaman karyawan serta hasil bisnis yang lebih baik,” ujarnya.
“Membangun pemahaman yang lebih baik terhadap kebutuhan dan preferensi kelompok karyawan yang berbeda, fase berikutnya yakni pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) untuk memberikan manfaat inklusif dan personal yang lebih baik. Sungguh menggembirakan melihat perusahaan Indonesia mulai memanfaatkan Kecerdasan Buatan (AI) dalam perencanaan tenaga kerja strategis, analitis karyawan, dan data kinerja yang terkait dengan bekerja secara fleksibel. Investasi ini akan membuahkan hasil dalam jangka panjang,” jelasnya.
Temuan lain dari Survei Tren Talenta Global Mercer:
- Perusahaan Indonesia sedang memikirkan kembali manfaat dan proposisi nilai talenta (EVP) untuk menginspirasi karyawan. 84% perusahaan di Indonesia meninjau kembali apa yang paling relevan bagi berbagai persona karyawan, dibandingkan dengan 65% secara global.
- Dengan memanfaatkan Kecerdasan Buatan (AI), para pemimpin SDM berencana untuk meningkatkan kemampuan analitik mereka guna mendukung perencanaan tenaga kerja strategis (55%); analitis personel yang terintegrasi dengan strategi pasar (53%), dan pembelajaran serta akuisisi keterampilan (52%).
- Para pemimpin SDM di Indonesia mengatakan bahwa hambatan utama transformasi adalah menyeimbangkan penekanan terhadap keberlangsungan/kurangnya anggaran (61%) dan terlalu banyak pengalihan prioritas (45%).
Sebagai referensi, Studi Tren Talenta Global Mercer (2021) membagikan wawasan dari 7.300 lebih eksekutif bisnis senior, pemimpin SDM, serta karyawan dan, untuk pertama kalinya, dilengkapi Laporan Penyerta mendalam untuk 23 wilayah geografis, yang mencakup 44 negara. Untuk mengunduh laporan Global, buka di sini. Bersamaan dengan itu, Laporan Penyerta Lokal Tren Talenta Global 2020-2021 – edisi Indonesia juga membagikan wawasan dari 88 pemimpin SDM Indonesia untuk mengungkap prioritas mereka tahun depan. (AT Network)
Discussion about this post