ASIATODAY.ID, HONG KONG – Puluhan ribu orang turun ke jalanan Hong Kong sejak Sabtu 28 September malam hingga Minggu 29 September 2019 dalam memperingati lima tahun Gerakan Payung — aksi pro-demokrasi perdana di kota semi-otonom tersebut.
Gerakan Payung pada 2014 berlangsung masif dan berlangsung selama lebih kurang 79 hari. Namun gerakan tersebut gagal mendapatkan konsesi apapun dari Tiongkok terkait hak menggelar pemilihan umum yang adil dan bebas di Hong Kong.
Lima tahun berselang, gerakan pro-demokrasi lainnya digelar di Hong Kong. Namun tahun ini, gerakan diawali kecaman terhadap Rancangan Undang-Undang Ekstradisi.
Demonstrasi terus berlangsung hingga pekan ke-17 meski Pemerintah Hong Kong telah menarik RUU Ekstradisi tersebut. Gerakan kini difokuskan pada perjuangan menegakkan demokrasi di Jong Kong.
“Bebaskan Hong Kong! Demokrasi sekarang juga!” teriak para pengunjuk rasa di Hong Kong, dilansir dari Al Jazeera dan AFP.
“Setiap gerakan melahirkan gerakan selanjutnya. Apa yang kami perjuangkan sejak awal adalah menegakkan demokrasi sesungguhnya,” kata Benny Tai, seorang profesor ilmu hukum yang merupakan salah satu pencetus Gerakan Payung.
MJ Fung, seorang kru pesawat, ikut serta dalam aksi unjuk rasa di Hong Kong sepanjang akhir pekan ini. Ia menilai Gerakan Payung lima tahun lalu belum terlalu membuatnya ingin ikut bergerak.
“Saat itu, tujuan (dari gerakan) belum terlalu jelas bagi saya. Namun bertahun-tahun kemudian, terutama dalam beberapa bulan terakhir, masalah di pemerintahan kami terus memuncak,” ujar Fung.
“Sekarang saya sudah merasa terbangun dan akan terus berjuang,” lanjutnya.
Dalam aksi unjuk rasa hari ini, Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata ke arah demonstran di sebuah distrik perbelanjaan Causeway Bays.
Gelombang protes pekan ke-17 di Hong Kong ini digelar menjelang Hari Nasional Tiongkok yang akan digelar pada 1 Oktober mendatang.
Jumat kemarin, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam khirnya menggelar dialog dan bertemu dengan sejumlah perwakilan dari demonstran pro-demokrasi.
“Saya di sini untuk mendengarkan apa yang kalian tuntut dan memang saya mengakui bahwa kepercayaan rakyat kepada pemerintah sedang merosot,” ujarnya.
Sekitar 24 orang mengkritik pemerintah secara terbuka di hadapan Lam. Sementara itu, Lam terus mencatat dan merespons sesekali.
“Saya tekankan bahwa Hong Kong masih memiliki masa depan cerah dan aturan hukum yang kuat. Saya harap Anda semua mengerti bahwa kami masih peduli dengan rakyat. Pemerintah akan menjaga Hong Kong,” jelasnya.
Hong Kong adalah bekas koloni Inggris, yang sudah dikembalikan ke Tiongkok pada 1997 di bawah sistem “Satu Negara, Dua Sistem.” Sistem tersebut menjamin otonomi Hong Kong. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post