ASIATODAY.ID, JAKARTA – Laporan terbaru Asian Development Bank (ADB) bertajuk Asian Development Outlook (ADO) yang dirilis pada September 2019 menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat kemacetan berada diperingkat 17 diantara 24 kota besar di Asia.
Menyitat laporan ADB, Jumat (10/01/2020), Jakarta masih dianggap lebih baik dibanding kota-kota seperti Manila (peringkat 1), Kuala Lumpur (2), Yangon (3), hingga Bangkok (12) dan Bandung (14).
Sementara, kota-kota lain yang kondisi lalu lintasnya lebih baik dibanding Jakarta di antaranya Singapura (peringkat ke-18), Surabaya (20), dan Hong Kong (21).
Data ini diperoleh ADB melalui riset terhadap sejumlah aspek, seperti waktu yang terbuang dari pengguna jalan, biaya pengoperasian kendaraan, hingga polusi udara. Riset ADB juga memperhitungkan data kemacetan yang diperoleh dari Google Maps.
Sementara riset yang dilakukan TomTom, perusahaan teknologi navigasi asal Belanda, menempatkan Jakarta sebagai kota termacet ketujuh di tingkat internasional. Tingkat kemacetan Jakarta adalah 53 persen.
Versi TomTom, Jakarta kalah dibanding kota-kota lain di Asia seperti Kuala Lumpur (peringkat 44, tingkat kemacetan 36 persen), Bangkok (8/53 persen), Kairo (17/44 persen), Guangzhou (23/42 persen), dan Tokyo (25/41 persen).
Meski demikian, Jakarta diakui sebagai kota yang mengalami peningkatan kualitas lalu lintas terbaik di dunia. TomTom mencatat Jakarta mengalami penurunan kemacetan sebesar delapan persen sejak 2017. Jakarta juga memperbaiki peringkatnya dari urutan ke-4 kota termacet pada 2017, menjadi urutan ke-7 pada 2019.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengungkit keberhasilan Jakarta mengurangi kemacetan dalam waktu hanya satu tahun.
Anies mengungkapkan, melalui program integrasi transportasi, jumlah pengguna transportasi umum meningkat, sehingga mengurangi pengguna kendaraan pribadi.
“Dalam satu tahun, Jakarta turun menjadi kota termacet nomor tujuh di dunia,” ujar Anies, dalam pembentukan perusahaan integrasi transportasi DKI-pemerintah pusat, di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (10/01/ 2019).
Anies juga mengemukakan, ke depannya, DKI memiliki tekad agar Jakarta tidak lagi berada di sepuluh besar kota termacet di dunia.
Anies yakin integrasi lanjutan yang dilakukan melalui terhubungnya transportasi darat, juga transportasi rel di Jakarta, bisa membuat target itu tercapai.
“Kita berencana keluar dari sepuluh besar. Jadi kita nanti turun dari itu semua. Kita tidak lagi menjadi kota termacet,” tandas Anies. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post