ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ekonom senior Indonesia, DR Rizal Ramli kembali menyuarakan kritik tajam terhadap kondisi perkenomian Indonesia saat ini.
Mantan Menko Kemaritiman itu memandang, saat ini Indonesia memerlukan operasi besar, terlebih dalam menangani kondisi ekonomi maupun sosial di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.
“Kondisi ekonomi, sosial, pandemik yang parah, cerminan dari kelemahan kepemimpinan dan kapasitas yang payah, sebetulnya memerlukan operasi besar (overhaul) tetapi akan diselesaikan hanya dengan ‘facial treatment’. Jauh panggang dari api,” tulis Rizal Ramli di akun Twitternya dikutip, Jumat (3/7/2020).
Menurut Rizal Ramli, pandemi Covid-19 tidak bisa dijadikan alasan atas memburuknya ekonomi Indonesia hari ini.
“Pada dasarnya pemerintah hari ini menyalahkan data negatif perekonomian itu hanya karena corona. Itu tidak benar, itu penyesatan, jadi mereka mumpung ada corona semua disalahkan karena corona,” jelas Rizal.
Padahal menurut Rizal, jauh sebelum Covid-19 merebak pun ekonomi Indonesia juga dalam kondisi yang bisa dibilang tidak baik. Ia lebih menerima jika penyebab negatifnya ekonomi Indonesia adalah tata kelola pemerintahan yang tidak bagus.
“Satu setengah tahun sebelum corona, berbagai indikator itu sudah negatif karena memang terjadi mismanajemen. Terjadi salah kelola sama sekali tidak prudent dan mengikuti asas good governance,” jelasnya.
Kondisi itu ditutupi oleh pemerintah dengan menambah utang luar negeri. Hal itulah yang kemudian membuat kemerosotan ekonomi tidak begitu dirasakan oleh publik.
Sayangnya, lanjut Rizal, stabilitas yang diciptakan oleh penambahan cash flow melalui skema utang itu tidak mampu bertahan lama.
“Rupiah kelihatan stabil karena dua hal, satu karena Amerika lagi nyetak uang besar, stimulus terakhir USD 2 triliun sehingga mata uang dolar terhadap mata uang lain anjlok. Kedua, stabilitas semu itu ditopang dengan doping pinjaman, makin lama pinjaman makin besar,” tandasnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini mengumumkan bahwa Indonesia telah naik kelas merujuk dari laporan World Bank (Bank Dunia).
Jokowi mengumumkan hal itu secara virtual hari ini saat memberikan sambutan dalam acara sidang terbuka ITB peringatan 100 tahun pendidikan tinggi teknik di Indonesia.
Di tengah-tengah pidatonya, Jokowi mengumumkan adanya laporan dari Bank Dunia yang menyebut Indonesia telah naik peringkat dari sisi pendapatan perkapita. RI yang tadinya berstatus lower middle income country, kini naik satu tingkat menjadi upper middle income country.
“Perlu saya sampaikan. Dalam laporan Bank Dunia tanggal 1 Juli 2020 kemarin. Status Indonesia telah naik dari lower middle income country menjadi upper middle income country. Gross national income per kapita Indonesia naik menjadi USD4.050, dari posisi sebelumnya USD3.840,” kata Jokowi dilansir dari akun Youtube ITB, Jumat (3/7/2020).
Menurut Jokowi, laporan itu bisa menjadi penyemangat Indonesia agar bisa terus naik kelas dan keluar dari jebakan negara kelas menengah.
“Kenaikan status ini harus kita syukuri. Dan kita perlakukan sebagai sebuah peluang agar negara kita Indonesia bisa terus maju melakukan lompatan kemajuan agar kita berhasil menjadi negara berpenghasilan tinggi dan berhasil keluar dari middle income trap,” kata Presiden.
Infeksi Covid-19 di Indonesia Tembus 60 Ribu Kasus
Indonesia hari ini mencatat kenaikan kasus Covid-19 yang mengkhawatirkan.
Pemerintah melaporkan bahwa kasus Covid-19 di Indonesia sudah melewati angka 60.000 orang hingga hari ini, Jumat (3/7/2020).
Penambahan tersebut disebabkan adanya 1.301 kasus baru Covid-19 di Indonesia.
Penambahan kasus baru itu menyebabkan kini sudah 60.695 kasus Covid-19 di Tanah Air, sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
“Kami mendapatkan data konfirmasi positif 1.301 orang, sehingga totalnya menjadi 60.695 orang,” terang Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam konferensi pers reguler di kantor BNPB, Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Sebanyak 1.301 kasus baru tersebut diketahui setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 22.281 spesimen dari 16.838 orang. Ini berarti satu orang bisa diambil spesimen lebih dari sekali.
Total sudah ada 871.436 spesimen yang diperiksa dari 519.970 orang yang diambil sampelnya.
Setidaknya ada lima provinsi yang mencatat kasus baru Covid-19 dalam jumlah tinggi.
Jawa Timur kembali menjadi provinsi dengan penambahan terbanyak dengan 353 kasus baru. Berikutnya, Sulawesi Selatan dengan 180 kasus baru.
Kemudian, ada DKI Jakarta dengan 140 kasus baru, Jawa Tengah dengan 134 kasus baru, dan Kalimantan Selatan dengan 110 kasus baru.
Kemudian ada penambahan 901 pasien sembuh. Dengan demikian, total ada 27.568 pasien Covid-19 yang sudah sembuh.
Sedangkan pasien meninggal mencapai 3.036 jiwa. (ATN)
Discussion about this post