ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pakar Ekonomi Indonesia DR. Rizal Ramli mengkritik tajam kinerja Pemerintahan Jokowi menyusul nilai tukar rupiah yang akhirnya benar-benar jebol pada Rp16 ribu terhadap dolar Amerika Serikat pada Kamis (19/3/2020).
Menurut Rizal, situasi ini makin membawa ekonomi Indonesia kian terpuruk dan bisa mengarah ke resesi ekonomi.
Padahal Rizal Ramli sejak 1,5 tahun lalu sudah mewanti-wanti akan datangnya badai krisis.
Menurutnya, tim ekonomi yang dimiliki Presiden Joko Widodo saat ini tidak mengerti mengelola negara dan hanya pandai memberi bisikan angin surga kepada sang presiden.
“Kami sudah ingatkan potensi krisis sejak 1,5 tahun yang lalu dan alternatif-alternatif juga solusi, tapi selalu direspon dengan jumawa,” terang RR dalam akun Twitter pribadinya, Kamis (19/3/2020).
“Tim ekonomi Jokowi tidak punya track record turn around” makro ataupun korporasi. Yang ada pembisik-pembisik angin surga,” sambungnya.
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengurai bahwa rupiah jebol karena komponen impor terlalu besar untuk kebutuhan dalam negeri, harga kebutuhan rakyat naik dan adanya panic buying.
Semua itu terjadi karena pidato Trisakti dan Nawacita tidak dijalankan. Sebaliknya, era Jokowi justru pro pada kebijakan gila impor dan pencari rente.
Presiden Jokowi, where are you? Are you there?” ujar Rizal Ramli menanyakan solusi yang hendak dilakukan Jokowi.
Mantan Menko Kemaritiman ini turut menyinggung upaya intervensi Bank Indonesia yang belum berdampak signifikan pada rupiah.
Intervensi akan sangat mahal dan nyaris sia-sia. Bagaikan buang garam ke laut. Kecuali ada dukungan kebijakan fiskal dan terobosan sektor riil,” papar Rizal Ramli.
Sektor Pertanian Penyelamat
Menurut Rizal Ramli, sektor pertanian bisa menjadi penyelamat karena memiliki nilai ekonomi yang dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, termasuk krisis yang diakibatkan wabah coronavirus saat ini.
Hal tersebut karena sektor pertanian selalu menjadi kebutuhan sehari-hari, dan pengerjaannya tidak terlalu sulit karena hanya memakan waktu tanam selama 3 bulan.
“Gunakan momen ini untuk menggenjot produksi pertanian seperti buah dan sayur-sayuran agar kita tidak melakukan impor,” kata Rizal melalui acara Indonesia Lawyer Club (ILC) TVone, Selasa (17/3/2020), sebagaimana keterangan tertulisnya.
Meski begitu Rizal mengakui, tidak semua daerah cocok untuk bertani. Misalnya, bawang putih hanya cocok ditanam di Brebes dan Pati.
“Kita bisa minta tolong Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk studi kecocokan tanah. Yang cocok bisa kami bantu kredit, bibit, dan pupuk, supaya produksi meningkat,” terang Rizal.
Di samping itu, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) juga membuka layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 50 triliun untuk peningkatan produksi pertanian.
Program tersebut dilengkapi pula dengan layanan pembagian benih, bibit, subsidi pupuk, serta peningkatan akselerasi ekspor pertanian.
Rizal memandang, jika produksi pertanian mampu meningkat tajam selama 3 kuartal, maka bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengekspor bahan pangan terbesar.
“Kalau kita berhasil melewati krisis ini selama 3 kuartal, kita akan jadi eksportir,” tandas Rizal. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post