ASIATODAY.ID, KIEV – Hanya dalam hitungan waktu, negeri Ukraina akan segera digenggam sepenuhnya oleh Rusia.
Pasukan Rusia mengklaim telah menguasai sejumlah wilayah dalam serangan di Ukraina pada Selasa (7/3/2022) kemarin.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan bahwa pesawat pengebom dan penyerang Angkatan Udara Rusia telah menghancurkan 32 fasilitas militer Ukraina.
Igor menambahkan bahwa pasukan Republik Rakyat Lugansk, melanjutkan operasi ofensif, menguasai Pudovka dan Nizhnee.
Sementara itu, Unit Milisi Rakyat Republik Rakyat Donetsk mengambil kendali atas Olenovka, Pol’noe dan Yuzhno-Donbass. Di Mariupol, setelah berakhirnya gencatan senjata, unit-unit Republik Donetsk maju 800-900 meter lagi.
“Unit Angkatan Bersenjata Rusia telah menguasai Peredovoe dan Kariernaya,” ujarnya, Rabu (9/3/2022).
Selama ‘operasi militer khusus’ berlangsung, pasukan Rusia telah menghancurkan 2.581 fasilitas infrastruktur militer Ukraina antara lain, 90 pos komando dan pusat komunikasi Angkatan Bersenjata Ukraina, 123 sistem rudal anti-pesawat S-300, Buk M-1 dan Osa, serta 81 stasiun radar.
Pasukan Bayaran Ukraina menuding Rusia akan mengerahkan ribuan militan bayaran dari perusahaan militer swasta “Liga” (mantan “Wagner”). Wagner adalah perusahaan tentara bayaran Rusia yang telah mendunia. Prajurit bayaran Wagner telah terlibat dalam berbagai konflik mulai dari perang di Suriah hingga perebutan wilayah di Ukraina Timur.
“Untuk memperkuat pasukan ke arah Kyiv, Rusia berencana untuk mentransfer hingga seribu militan dari perusahaan militer swasta,” demikian keterangan yang dikutip dari laman resmi Pemerintah Ukraina, Rabu (9/3/2022).
Pihak Ukraina memaparkan bahwa, Rusia telah melanggar persyaratan hukum humaniter Internasional. Selain itu Rusia juga terus menyandera warga sipil, merusak bangunan sipil, merampok penduduk setempat, melakukan sabotase infrastruktur sipil, menempatkan senjata dan peralatan militer di lingkungan padat penduduk.
“Mereka mencuri kendaraan dan mengganti pakaian sipil,” imbuhnya.
Selain itu, pasukan Rusia juga telah menghancurkan 897 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 95 sistem peluncuran roket ganda, 336 artileri dan mortir lapangan, 662 unit kendaraan militer khusus, 84 kendaraan udara tak berawak.
Gabung NATO
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa negaranya tidak akan mendesak untuk menjadi bagian dari keanggotaan NATO.
Zelensky mengatakan dirinya terbuka untuk berkompromi pada status dua wilayah pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk yang diakui Presiden Vladimir Putin sebagai wilayah merdeka sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari 2022.
“Saya telah tenang mengenai pertanyaan ini sejak lama setelah kami memahami bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah wawancara yang disiarkan ABC News dikutip Rabu (9/3/2022).
Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak lagi memaksakan untuk menjadi anggota NATO, karena mengetahui aliansi pertahanan itu khawatir akan konfrontasi dengan Rusia.
“Aliansi itu takut hal-hal kontroversial dan konfrontasi dengan Rusia,” ujarnya.
Zelensky lantas menegaskan bahwa dirinya pun tidak sudi menjadi presiden yang negaranya yang memohon-mohon hingga berlutut untuk menjadi bagian dari NATO.
Rusia sendiri sejak awal telah menegaskan tidak ingin negara tetangga Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi transatlantik yang dibuat pada awal Perang Dingin untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet.
Dalam beberapa tahun terakhir aliansi telah berkembang lebih jauh dan lebih jauh ke timur untuk mengambil negara-negara bekas blok Soviet hingga membuat marah Kremlin.
Presiden Rusia Vladimir Putin marah karena dalam beberapa tahun belakangan, NATO terus memperluas cengkeramannya ke negara-negara sekitar Rusia.
Rusia pun menganggap perluasan wilayah NATO ini sebagai ancaman, terutama karena unsur-unsur militer aliansi Barat ini berada tepat di depan pintu negaranya.
Di tengah peningkatan ketegangan ini, Rusia mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Moskow.
Lebih lanjut, Zelensky mengatakan bahwa Ukraina sangat terbuka untuk dialog.
“Saya membicarakan soal jaminan keamanan. Luhansk dan Donetsk belum diakui negara mana pun kecuali Rusia, republik pseudo ini. Namun, kami bisa mendiskusikan dan mencari kompromi mengenai nasib wilayah ini,” katanya.
Dia melanjutkan, saat ini yang terpenting bagi negaranya adalah bagaimana warga di wilayah itu yang ingin tetap menjadi bagian Ukraina, dan bagaimana warga Ukraina lainnya mau menerima mereka.
“Masalahnya lebih sulit dari sekadar mengakui kemerdekaan mereka,” ujarnya.
Melihat betapa pelik permasalahan ini, Zelensky meminta Putin untuk segera membuka jendela diskusi demi mencari jalan keluar yang baik.
“Yang perlu dilakukan adalah Putin mulai bicara, memulai dialog, ketimbang hidup di dalam gelembung informasi tanpa oksigen,” ungkapnya. (ATN)
Discussion about this post