ASIATODAY.ID, JAKARTA – Duka mendalam dirasakan oleh segenap masyarakat diseantero Indonesia dan berbagai belahan dunia mengenang kepergian almarhum Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Presiden ketiga Republik Indonesia. Ungkapan duka dan rasa kehilangan terus menggema dijagad maya, hingga dirumah duka.
Jutaan anak tumbuh dengan nasihat dari orangtuanya, “Belajar yang rajin, biar kalau besar nanti kamu pintar seperti Pak Habibie.”
“Pak Habibie, Sang Guru Bangsa, telah berpulang, tapi inspirasinya tetap hidup. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” tulis Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dikutip Kamis (12/9/2019).
Sosoknya yang genius, siapapun pasti mengakui, dunia kedirgantaraan Indonesia tidak lepas dari nama BJ Habibie.
Sosok pelopor berdirinya PT Dirgantara Indonesia (DI) yang semula bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan didirikan pada 1976 di Bandung, Jawa Barat.
Dengan totalitas dan profesionalismenya, BJ Habibie memimpin langsung proyek pembuatan pesawat pertama Indonesia yang ia beri nama N-250 Gatotkaca. Pesawat hasil karya anak bangsa tersebut pertama kali mengudara pada 10 Agustus 1995.
Itulah momentum yang menjadi awal kebangkitan industri kedirgantaraan di Indonesia sebagaimana mimpi BJ Habibie.
Saat itu N-250 Gatotkaca telah mulus terbang hingga 900 jam dan selangkah lagi bisa masuk sertifikasi untuk Federal Aviation Administration. Di bawah komando BJ Habibie sebagai presiden direktur saat itu, PT DI berhasil mengembangkan industri kedirgantaraan dengan meneliti, membuat, memproduksi banyak jenis pesawat seperti CN-235 untuk transportasi sipil atau militer.
Habibie juga membuat pesawat pengawas maritim, pesawat patroli maritim, dan pesawat penjaga pantai. Total, PT DI telah mengirimkan hampir 400 pesawat ke 50 operator di seluruh dunia.
Sangat pantas jika Habibie mendapat julukan Bapak Dirgantara Indonesia. Kegeniusan Habibie di bidang dirgantara pun diakui masyarakat dan pakar dirgantara internasional. Sebut saja, saat merancang N-250 Gatotkaca, Habibie sudah menyiapkannya untuk jangka waktu 30 tahun ke depan.
Pengakuan para pakar dirgantara internasional terhadap kegeniusan Habibie tidak itu saja. Habibie bahkan berjasa membuat teori tentang rambatan titik retak di pesawat. Teori yang kemudian dikenal sebagai ‘Faktor Habibie’ itu memungkinkan sebuah pesawat bisa terbang dengan lebih aman, efisien, dan mudah dipelihara.
Rumus karya Habibie itu terbukti dapat digunakan untuk menghitung crack progression sampai skala atom material konstruksi sebuah pesawat udara. Teorinya ini bahkan sudah diakui berbagai lembaga dirgantara dunia, misal Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Jerman), The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (AS).
Jejak emas telah ditorehkan anak bangsa dengan dedikasi tinggi sebagai pijakan kukuh dalam dunia kedirgantaraan nasional dan kepada dunia.
Selamat jalan, Pak Habibie, terima kasih Bapak Dirgantara Indonesia. Kini, generasi penerus bangsa akan meneladani kiprah dan perjuangan muliamu itu. (AT)
,’;\;\’\’
Discussion about this post