ASIATODAY.ID, JAKARTA – Lembaga-lembaga filantropi dunia yang tergabung dalam the South East Asia Clean Energy Facility (SEACEF) meluncurkan inisiatif penggalangan dana hingga USD2,5 miliar untuk memberi pendanaan tahap awal bagi proyek energi bersih yang potensial di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut Bloomberg New Energy Finance, saat ini panel surya fotovoltaik dan angin darat (onshore wind) merupakan sumber termurah bagi pembangkit baru untuk setidaknya dua pertiga populasi global. Namun, banyak proyek potensial di Vietnam, Indonesia, Filipina, dan bagian lain di Asia Tenggara yang tidak akan terealisasi tanpa pendanaan tahap awal seperti ini.
Hal ini karena sebagian besar investor swasta tidak ingin terlibat dalam proyek sampai risiko pembangunan tahap awal berhasil dikurangi. Ini adalah celah yang ingin dijembatani oleh investasi SEACEF.
“Peluncuran penggalangan dana baru ini dilakukan saat momen kritis, ketika krisis Covid-19 menyusutkan sumber keuangan tradisional, dan didedikasikan untuk menurunkan kurva perubahan iklim,” kata Imraan Mohammed, Head of Impact Investing di Children’s Investment Fund Foundation (CIFF), melalui keterangan tertulisnya, Kamis (2/7/2020).
Menurut Mohammed, investor dan yayasan-yayasan berpengaruh sedang melangkah untuk menjembatani celah yang ada, mengkatalisasi sumber pendanaan lain, dan meyakinkan bahwa akselerasi transisi menuju energi bersih di Asia Tenggara akan terus berlanjut.
“Bahkan saat kondisi stabil, 1-2 persen anggaran pengembangan awal untuk proyek energi bersih pun adalah investasi yang sangat sulit ditemukan, mengingat langkah itu seringkali dianggap berisiko. Namun, kesempatan untuk investasi di bidang energi terbarukan tetap signifikan. Jadi modal berisiko tinggi ini adalah sebuah landasan disituasi tak menentu yang dapat mengkatalisasi pendanaan signifikan yang disyaratkan untuk membuat proposal berubah menjadi proyek energi bersih besar-besaran,” kata Mason Wallick, Managing Director Clime Capital.
Akibat pandemi, para investor tradisional saat ini ragu-ragu mengambil langkah investasi. Sehingga, intervensi yang tepat waktu ini akan memberikan pendanaan tahap awal yang strategis bagi proyek energi bersih baru yang transformasional.
Penggalangan dana yang dikelola oleh Clime Capital ini memfokuskan investasi awal mereka ke Vietnam, Indonesia, dan Filipina.
Clime Capital yang berbasis di Singapura ini didukung oleh sejumlah yayasan iklim internasional terkemuka termasuk Sea Change Foundation International, Wellspring Climate Initiative, High Tide Foundation, Grantham Foundation, Bloomberg Philanthropies, Packard Foundation, dan CIFF.
Pendanaan tahap awal SEACEF akan menargetkan teknologi dan model bisnis yang telah terbukti secara global seperti energi surya, angin, dan energy storage untuk disandingkan dengan model bisnis lainnya yang dapat mengakselerasi transisi rendah karbon, seperti kendaraan listrik, demand side management technology, efisiensi energi di gedung, dan infrastruktur transmisi energi bersih.
Pendukung filantropi global telah menginvestasikan dana awal sebesar USD10 juta ke SEACEF dan sedang mencari penambahan modal menjadi USD40 juta.
Diharapkan bahwa setiap dolar pendanaan modal berisiko tinggi yang dikerahkan SEACEF ini akan meningkatkan investasi lanjutan ke dalam portofolio energi bersih di seluruh Asia Tenggara hingga 50 kali lebih banyak, mencapai lebih dari USD2,5 miliar. Investasi tersebut dilakukan sambil terus mengembangkan ekosistem pengembang lokal untuk menumbuhkan pasar.
“Atas nama penyandang dana filantropis SEACEF, kami senang dapat mendukung program investasi iklim yang inovatif dan katalitik ini,” kata Bill Weil, yang memimpin desain SEACEF di Tempest Advisors, penasihat untuk Sea Change Foundation International.
Langkah ini dipandang akan mengisi celah yang ditinggalkan oleh investor keuangan tradisional dan membantu mempercepat pertumbuhan pasar untuk energi bersih di Asia Tenggara. (ATN)
Discussion about this post