ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan Inggris sepakat untuk memperluas kerja sama bilateral. Prioritas pertama saat ini adalah vaksin Covid-19.
Kementerian Kesehatan RI telah menandatangani Letter of Intent (Lol) dengan Universitas Imperial College London (ICL) terkait upaya mendapatkan akses terhadap kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh ICL.
Setelah melalui serangkaian pembahasan dan negosiasi sejak bulan Juli 2020, pada tanggal 14 Oktober 2020 pukul 13.00 waktu London, Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Slamet menandatangani LoI dengan ICL yang diwakili oleh Ian Walmsley dan VacEquity Global Health Ltd (VGH) yang diwakili oleh Simon Hepworth.
Penandatangan Lol itu juga turut disaksikan oleh Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri BUMN Erick Tohir.
“Dengan ditandatanganinya LoI tersebut, semakin meningkatkan peluang Indonesia untuk mendapatkan akses terhadap kandidat vaksin Covid-19 yang sebelumnya sudah diperoleh dengan Sinovac (China), Sinopharm (China) dan Astra Zeneca (Inggris),” kata Sekjen Kemenkes Oscar melalui keterangan tertulisnya yang diterima Kamis (15/10/2020).
Menurut Oscar, vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh ICL dan VGH itu berbasis strand kode genetik RNA sintesis dengan menggunakan teknologi self-amplifying RNA (saRNA).
Dengan demikian, pengembangan vaksin dengan menggunakan bahan RNA sintesis lebih efektif mengingat 1 liter bahan RNA sintesis dapat digunakan untuk menghasilkan 5 juta dosis vaksin.
“Vaksin yang dikembangkan oleh ICL ini juga termasuk kedalam top six WHO Covid-19 Candidate Vaccine. Selain itu, vaksin ini juga diklaim halal karena dibuat dari bahan sintetis,” ujarnya.
Adapun LoI itu berisi kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, antara lain:
a. Potensi pengadaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh ICL dan VGH;
b. Kerja sama penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 melalui uji klinis bersama;
c. Membuka peluang kerja sama penelitian yang lebih luas lainnya di masa mendatang sesuai dengan area kerja sama yang tertuang dalam MoU Bidang Kesehatan antara Indonesia dan Inggris yang ditandatangani pada bulan Juni 2020;
d. Membuka peluang kerja sama program peningkatan kapasitas dan pendidikan di bidang Kesehatan;
e. Membuka peluang beasiswa dan pertukaran pelajar untuk memperkuat hubungan antara ICL dan Indonesia.
Pertemuan Menlu
Sementara itu, pertemuan antara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Inggris, Dominic Raab juga menghasilkan sejumlah kesepakatan kerja sama.
Retno mengungkapkan, pertemuan bilateral dengan Menlu Inggris, Dominic Raab merupakan pertemuan in person pertama setelah pertemuan virtual dalam pertemuan para Menlu ASEAN dengan Menlu Inggris pada bulan September lalu.
Inggris merupakan mitra strategis Indonesia sejak tahun 2012, dan Inggris merupakan mitra dagang ke-4 terbesar Indonesia dari Eropa dan merupakan peringkat pertama perdagangan kayu dari Eropa. Inggris juga merupakan mitra investasi ke-2 terbesar dari Eropa.
“Dalam pertemuan bilateral, kami sepakat untuk memperkuat kerja sama baik secara bilateral maupun dalam konteks multilateral. Semangat kerja sama penting untuk terus diperkuat di tengah tantangan besar yang dihadapi negara dunia terutama di masa pandemi ini,” kata Retno dalam siaran pers.
“Sebagai sesama negara anggota DK PBB, kita sepakat untuk terus mengarus-utamakan multilateralisme. Kita juga sepakat memperkuat kerjasama pengelolaan COVID-19,” tambahnya.
Untuk ASEAN, Inggris telah menyampaikan komitmen 1 juta poundsterling untuk ASEAN COVID-19 Response Fund.
Secara bilateral, Indonesia dan Inggris juga telah menandatangani MOU mengenai Kemitraan Riset dan Inovasi bulan pada bulan Agustus lalu dan MOU serta Rencana Aksi mengenai “Anti-Microbial Resistance” bulan Juni Lalu.
“Di track multilateral kita memiliki komitmen yang sama untuk mendukung kerja platform kerja sama multilateral seperti WHO, GAVI, dan CEPI dalam kerangka COVAX Facilities, terutama terkait akses setara terhadap vaksin yang aman dan terjangkau,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk kerjasama perdagangan, Retno menyampaikan kekhawatiran Indonesia terhadap rencana Inggris memberlakukan tindakan due diligence untuk beberapa komoditas pertanian, termasuk kelapa sawit, kopi, kayu dan produk kayu.
Kebijakan seperti ini memiliki potensi menjadi hambatan non-tarif ekspor Indonesia ke Inggris.
“Saya sarankan agar kita duduk dan membahas kemungkinan pembuatan “mutual recognition” dari kebijakan yang telah dimiliki masing-masing negara mengenai supply chain sustainability,” imbuhnya.
Mengenai kerjasama investasi dengan Inggris, Retno menyambut baik minat kuat dari beberapa investor Inggris di bidang renewable energy, misalnya:
Aggreko yang merencanakan operasinya di Indonesia dari suplai gas dan diesel ke suplai solar PVs;
Orbital Marine Power yang merencanakan membangun proyek “tidal turbine” yang akan memproduksi energi 10MW di wilayah timur Indonesia;
Nova Innovation yang berencana membangun “off-grid tidal turbine”
Pertemuan yang kedua adalah pertemuan dengan CEO CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovation).
“Inti pertemuan adalah membahas tindak lanjut dari due diligence yang dilakukan CEPI terhadap Biofarma pada September lalu, selain itu, kita juga membahas peluang kerjasama strategis yang dapat dilakukan beyond COVID-19,” jelasnya.
CEPI menghargai komitmen Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan CEPI. CEO CEPI menyampaikan bahwa hasil due diligence terhadap Bio Farma menunjukkan hasil yang sangat baik. Oleh karena itu, CEPI siap melakukan kerjasama dengan Bio Farma.
Hasil baik due diligence ini juga merupakan pengakuan, terhadap kapasitas dan kualitas yang dimiliki Bio Farma untuk manufacturing vaksin.
Selain itu, CEPI juga menyambut dengan baik keinginan Indonesia untuk melakukan kerjasama strategis jangka panjang dengan CEPI, antara lain untuk:
pengembangan berbagai platform teknologi rapid vaccine dan imunoprofilaksis untuk melawan patogen yang tidak diketahui. Dan juga melakukan riset dan pengembangan inovasi vaksin berpotensi epidemi/pandemi.
Sebagai bentuk komitmen Indonesia terhadap upaya multilateral untuk menjamin akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau, maka selama pertemuan dengan CEPI, Indonesia telah menyampaikan keinginannya untuk menjadi bagian dari CEPI Investors Council.
Besaran kontribusi Indonesia terhadap CEPI akan dibahas lebih lanjut.
Retno menerangkan, pertemuan di London Inggris menghasilkan sejumlah hal;
“Pertama, kita telah mengamankan tambahan kebutuhan vaksin untuk Indonesia dari AstraZeneca.
Kedua, kita sambut baik laporan due diligence CEPI terhadap Bio Farma yang mengatakan hasilnya sangat baik. Selain pengakuan terhadapkapasitas dan kualitas Bio Farma, hasil due diligence ini akan membuka pintu bagi Bio Farma untuk melebarkan networking kerja sama internasional.
Ketiga, sebagai salah satu bentuk dukungan Indonesia terhadap penyediaan akses vaksin bagi semua atau vaccine for all, Indonesia telah menyampaikan rencana kontribusi terhadap CEPI.
Keempat, berbagai pertemuan di London juga sangat bermanfaat bagi upaya kita untuk memperkuat health security dan kemandirian Indonesia dalam menghadapi infectious diseases masa depan dalam kerja sama teknis dengan CEPI dan ICL,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post