ASIATODAY.ID, WONOGIRI – Disaat bencana banjir dan tanah longsor terus melanda Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghidupkan asa untuk kembali mengakrabi alam dan lingkungan hidup.
Melalui sistem agroforestry, Presiden ingin memberi pesan bahwa, ekologi Indonesia bisa diselamatkan melalui gerakan sosial.
Bersama 1.000 warga, Presiden Jokowi pun membaur dan menamam tanaman dalam rangkaian kegiatan Penghijauan Desa Jatisari dengan sistem Agroforestry di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (15/2/2020).
Dengan luas persemaian sebesar 700 meter persegi, jenis dan banyak tanaman yang ditanam adalah sebagai berikut Klengkeng 1.250 batang, Durian 1.500 batang, Alpukat 2.750 batang, Petai 2.750 batang, Sirsak 5.000 batang, Jambu Mete 2.000 batang, Jengkol 2.000 batang, Sengon Laut 38.250 batang, Sukun 1.000 batang, Gayam 1.000 batang, Beringin 1.000 batang, Vertiver 17.000 batang, dan Porang 4.000 batang.
Sebagai informasi, Vetiver (Chrysophogon Zizaionides) merupakan rumput yang ditanam di lereng-lereng keras dan berbatu. Ujung-ujung akar Vetiver dapat masuk menembus dan menjadi seperti jangkar yang sangat kuat menembus tanah.
Cara kerja akar rumput Vetiver ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tanah, dan pada saat yang sama akan menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi seperti ini dapat mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga Vetiver dijuluki sebagai kolom hidup.
Penanganan Holistik
Untuk diketahui, program penghijauan Desa Jatisari, Kabupaten Wonogiri, memiliki keterkaitan dengan penanganan holistik sedimentasi waduk Gajah Mungkur berbasis lahan.
Pemanfaatan waduk Gajah Mungkur hingga saat ini ada beberapa di antaranya penggerak tenaga listrik, Irigasi dan air baku, perikanan darat serta pariwisata.
Daerah tangkapan air waduk Gajah Mungkur rinciannya adalah sebagai berikut: luas daerah genangan sebesar 8.800 hektare, luas daerah tangkapan aur 135.000 hektare, dengan rata-rata inflow sedimen tahunan 3,2 juta meter kubik per tahun, dan rata-rata inflow sedimen DAS Keduang yakni 1,2 juta meter kubik per tahun atau sebesar 37,5 persen.
Agroforestry Sebagai Solusi
Pelaku industri kehutanan menilai optimalisasi nilai ekonomi sektor kehutanan dapat dilakukan melalui pola kombinasi tanaman kayu dengan tanaman semusim atau agroforestry.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto menyampaikan salah satu ciri utama pada skema investasi sektor kehutanan adalah siklus panen yang berjangka panjang. Dengan skema tersebut diperlukan pengaturan pemanfaatan hasil hutan untuk memperoleh panen yang lestari dan berkelanjutan.
“Untuk mendapatkan nilai ekonomi yang optimal dalam pemanfaatan lahan tersebut harus diupayakan tiga pendekatan,” jelasnya baru-baru ini.
Pertama, optimalisasi pemanfaatan lahan untuk memperoleh penghasilan sebelum masa panen kayu, antara lain melalui pola agroforestry dengan mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman berdaun pendek (semusim).
Agroforestry merupakan suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian.
“Kedua, mendorong industri pengolahan yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi pada setiap rantai nilai di industri primer, industri sekunder dan tersier, untuk mendorong efisiensi dalam pengalokasian sumber daya,” lanjutnya.
Terakhir, meminimalkan limbah penebangan melalui teknik Reduced Impact Longging (pembalakan ramah lingkungan) dan memanfaatkan secara ekonomis limbah hasil penebangan antara lain untuk sumber energi bio massa. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post