ASIATODAY.ID, JAKARTA – Masih muda. Ketika sepantarannya tengah sibuk dugem, Satya Hangga Yudha Widya Putra B.A. (Hons), MSc, demikian putra politisi senior Golkar Satya W. Yudha ini, malah sibuk memikirkan dan mengkaji energi serta dampaknya terhadap lingkungan lewat organisasi yang didirikannya, Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I).
Organisasi ini didirikan bersama saudara perempuannya anggota DPR yang baru dilantik Dyah Roro Esti Widya Putri yang lulusan master dari Imperial College London, Inggris. Hangga sendiri lulusan master dalam bidang energi dan lingkungan dari New York University, Amerika Serikat dengan magna cum laude. Keduanya mendapatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Gara-gara beasiswa itu, salah satunya yang mendorong Hangga dan Esti mendirikan IE2I. Organisasi ini menjadi salah satu cara mereka berkiprah dan berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
“Beasiswa yang kami gunakan itu berasal dari pajak rakyat Indonesia. Karena itu sewajarnya kami berkontribusi untuk negeri ini,” kata Hangga dalam perbincangan di Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
Hangga yang pernah tinggal di 5 negara dan pernah mengunjungi lebih dari 40 negara mengaku semakin mencintai Indonesia.
Negeri yang berpenduduk lebih dari 260 juta ini, menurut Hangga memiliki keunikan yang tidak dimiliki negara lain.
“Kita itu negara besar termasuk wilayah dan jumlah penduduknya. Warganya mayoritas muslim dan moderat. Sangat open minded juga pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen,” ujar kelahiran 10 Agustus 1994 ini.
Pepatah lama apel jatuh tak jauh dari pohonnya mungkin berlaku juga bagi Hangga. Sang ayah, Satya W Yudha dikenal sebagai politisi yang berkonsentrasi di bidang energi. Satya W Yudha yang sekarang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi I pernah menjadi Wakil Ketua Komisi VII DPR RI periode 20014-2019.
Sehingga tidak aneh bila Hangga yang sejak SMA di Jakarta Intercultural School (JIS) sudah tertarik dan membaca buku tentang energi dan lingkungan termasuk energi terbarukan. Alumnus sarjana ekonomi dari Michigan State University (anggota Honors College) yang lulus dalam 3 tahun ini mulai serius menekuni energi dan lingkungan saat kuliah master di New York University.
“Riset saya tentang LNG. Saya mengkaji kemungkinan yang akan terjadi ketika Indonesia pada 2019 mengimpor LNG dari Amerika Serikat,” kata Hangga.
Hangga menuturkan, mulai 2019 atau 20 tahun ke depan Pertamina mengimpor LNG dari perusahaan gas di Amerika Serikat. Dan, Hangga mengkaji dampak positif serta negatif dari kebijakan impor tersebut terhadap Indonesia.
“Jadi saya riset tentang kemungkinan dampak yang belum terjadi,” ujar Hangga.
Impor LNG dari Amerika Serikat, kata Hangga, menggunakan sistem kerja sama free destination clause. Artinya, impor yang akan berakhir pada 2039 itu oleh Indonesia bisa dijual langsung ke negara lain.
“LNG yang diimpor tidak harus sampai ke Indonesia. Dari Amerika Serikat bisa langsung kita jual ke negara lain,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, Hangga pun sepertinya akan segera meninggalkan Indonesia demi mengejar doktoralnya di bidang energi dan lingkungan. Tujuannya, Inggris.
“Kalau di Inggris PhD bisa diambil 3 tahun sementara di Amerika Serikat harus 5 tahun,” ujarnya.
Mantan Managing Editor Perspectives on Global Issues majalah terkemuka di NYU itu, mengaku sudah siap melanjutkan kuliah karena IE2I sudah mapan secara organisasi dan juga dari sisi sumber daya manusia.
“Saya sekarang menjabat sebagai Co-Founder dan Penasihat Indonesian Energy and Environmental Institute. Kami merasa sudah siap dan sudah bisa didelegasikan,” ujar Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rumah Millennials ini. (AT)
,’;\;\’\’
Discussion about this post