ASIATODAY.ID, SURABAYA – Pencemaran limbah detergent terjadi di Sungai Kalidami, Mulyorejo, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa (2/8/2022). Kondisi sungai itu memutih akibat penumpukan limbah busa.
Sejauh ini belum dipastikan penyebab terjadinya penumpukan limbah tersebut.
“Dugaan sementara penyebab adanya limbah ini karena turbulensi dari proses pemompaan air yang kemudian tercampur dengan limbah domestik,” kata Staf Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Sapto Pamuji.
Kejadian serupa tidak hanya dialami Rumah Pompa Air Sungai Kalidami Mulyorejo, namun juga pernah terjadi di Pompa Air Tambak Wedi dan Kenjeran.
Apakah limbah detergent ini berbahaya bagi lingkungan?
Dinukil dari unair.ac.id, dalam berbagai referensi hasil penelitian, dijelaskan bahwa limbah yang dihasilkan detergent sangat merusak lingkungan. Karena detergent merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia, seperti surfaktan (bahan pembersih), alkyl benzene (ABS) yang berfungsi sebagai penghasil busa, abrasif sebagai bahan penggosok, bahan pengurai senyawa organik, oksidan sebagai pemutih dan pengurai senyawa organik, enzim untuk mengurai protein, lemak atau karbohidrat untuk melembutkan bahan, larutan pengencer air, bahan anti karat dan yang lainnya.
Berdasarkan penelitian lebih lanjut, diketahui ABS mempunyai efek buruk terhadap lingkungan, yaitu sulit diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga sisa limbah detergent yang dihasilkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya yang mengancam stabilitas lingkungan hidup.
Limbah detergent yang dihasilkan rumah tangga akan bermuara pada sebuah tempat, seperti selokan ataupun kolam. Biasanya, eceng gondok akan tumbuh dengan populasi yang cukup besar pada ujung selokan.
detergent memiliki efek beracun dalam air, karena detergent akan menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan parasit. detergent juga dapat menyebabkan kerusakan pada insang. Kebanyakan ikan akan mati bila terpapar detergent. Detergent juga dengan konsentrasi rendah, sekitar 5 ppm tetap dapat membunuh telur ikan.
Surfaktan yang terkandung dalam detergent akan mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan. Detergent juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya dengan konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan kimia lainnya.
Penggunaan detergent memang dilematis. Di satu sisi penggunaannya sangat dibutuhkan dan di sisi lain limbahnya ternyata berefek buruk.
Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS dalam pembuatan detergent dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang relatif lebih ramah lingkungan.
Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50 persen dari keseluruhan yang dapat diurai. (ATN)
Discussion about this post