ASIATODAY.ID, TAIPEI – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Wakil Presiden Lai Ching-te, memimpin rapat konsultasi mengenai kebijakan untuk mewujudkan Taiwan sebagai negara dwibahasa pada tahun 2030. Rapat digelar pada Senin (23/11/2020).
Presiden Tsai mengatakan kemampauan berbahasa Inggris adalah suatu keharusan agar Taiwan dapat terhubung dan semakin dikenal dalam komunitas internasional.
Tsai berharap 10 tahun mendatang, seiring dengan pelaksanaan kebijakan “Dwibahasa 2030”, generasi muda dapat dengan penuh percaya diri menggapai prestasi internasional.
Rencana kebijakan negara dwibahasa 2030 pertama kali diluncurkan ketika Wakil Presiden Lai Ching-te masih menjabat sebagai Perdana Menteri.
Sejak awal, pemerintah telah meluncurkan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris masyarakat, tetapi karena langkah yang kurang sistematis, dan belum tersedianya sumber daya yang memadai, efektivitas dari program-program tersebut dirasakan sangat terbatas.
Saat ini pemerintah ingin mengintegrasikan pendidikan bahasa Inggris, lembaga pemerintah dan masyarakat, untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris masyarakat dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
“Status internasional Taiwan, membuat kita semakin perlu memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, agar dunia dapat memahami nilai-nilai positif yang diwakili oleh keberadaan Taiwan. Keberhasilan Taiwan dalam menangani wabah, telah membuat dunia semakin memperhatikan keberadaan Taiwan, dan saat ini kita harus semakin terhubung dengan dunia, agar dunia dapat melihat posisi seperti apa yang sedang dihadapi Taiwan, serta nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Taiwan,” kata Tsai dikutip melalui keterangan resmi Kemlu (MOFA), Rabu (25/11/2020).
Dalam beberapa waktu belakangan ini, rasa percaya diri masyarakat semakin meningkat. Namun selain meningkatkan rasa percaya diri, pemerintah juga harus terus mendorong masyarakat untuk dapat merambah ke dunia luar. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Inggris sangatlah penting.
Dalam pertemuan kali ini, turut hadir para guru dari tingkat SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya. Presiden Tsai mengucapkan terima kasih atas kontribusi yang telah mereka berikan, dan mengajak mereka untuk kembali berjuang mencerdaskan masyarakat, demi masa depan bangsa.
Presiden Tsai berharap kebijakan dwibahasa tersebut dapat menjadikan bahasa Inggris sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, dan setiap menit yang mereka luangkan untuk mempelajari bahasa Inggris, dapat menjadi aset berharga di kemudian hari. (ATN)
Discussion about this post