ASIATODAY.ID, BEIJING – Saat Wang Jinqiang berjalan kaki ke tempat kerjanya setiap pagi, perjalanannya diiringi oleh pekikan melengking owa (gibbon) Hainan. Wang direkrut untuk melacak dan menghitung populasi hewan liar tersebut.
Sejak awal musim dingin, pria 56 tahun itu dan rekan-rekannya telah menghabiskan lebih dari 15 hari setiap bulannya untuk tinggal di pegunungan di Hainan, provinsi tropis paling selatan di China. Tugas mereka adalah untuk memantau primata paling langka di dunia itu, dengan tujuan membantu populasi hewan tersebut berkembang dengan baik setelah puluhan tahun mendapat tekanan dari aktivitas manusia.
Wang merupakan anggota tim pemantauan owa Hainan di area Bawangling di Taman Nasional Hutan Hujan Tropis Hainan, satu dari lima taman nasional pertama yang didirikan di China.
Dimulai pada 2015, China meluncurkan 10 taman nasional percontohan untuk melindungi lingkungan alam dan keanekaragaman hayati. Pada Oktober 2021, negara itu resmi menetapkan lima dari 10 proyek percontohan tersebut sebagai taman nasional, semakin meningkatkan sistem taman nasional.
Pada Desember 2022, negara itu mengambil langkah lanjutan, yakni menetapkan rencana yang menggambarkan terciptanya sistem taman nasional terbesar di dunia pada 2035 mendatang.
Rencana tata ruang untuk taman-taman nasional itu dirilis bersama oleh beberapa badan pemerintah, termasuk Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China dan Kementerian Ekologi dan Lingkungan China. Rencana tersebut mencakup total 49 kandidat lokasi untuk pembangunan taman-taman nasional itu.
Kandidat-kandidat lokasi itu, termasuk lima lokasi yang telah dikembangkan menjadi taman nasional, mencakup area seluas sekitar 1,1 juta kilometer persegi di 28 daerah setingkat provinsi. Lokasi-lokasi itu dipilih berdasarkan signifikansi ekologis, keunikan lanskap alam, dan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya, menurut rencana tersebut.
PARTISIPASI YANG LEBIH LUAS
Pada tahun 1980-an, populasi owa Hainan merosot menjadi sekitar tujuh ekor akibat praktik perburuan dan penebangan hutan yang berlebihan. Namun, berkat upaya konservasi yang dilakukan, populasi owa di Hainan saat ini diperkirakan mencapai 36 individu yang hidup dalam lima kelompok keluarga, menurut data resmi terbaru.
Salah satu langkah utama yang diimplementasikan adalah relokasi ekologis di area-area perlindungan inti.
Desa Gaofeng terletak di area inti di taman nasional Hainan. Para penduduk desa dari Gaofeng direlokasi ke sebuah komunitas permukiman kembali yang didanai oleh pemerintah, dan setiap keluarga diberi sebuah rumah dua lantai seluas 115 meter persegi. Kemudian, para penduduk desa itu dilibatkan dalam industri jamur pangan, yang membantu meningkatkan pendapatan mereka.
Seorang penduduk desa bernama Fu Guohua mengatakan bahwa keluarganya memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan sejak direlokasi ke komunitas baru itu, dan kualitas hidup mereka mengalami peningkatan signifikan.
Sebelumnya, dia mencari nafkah dengan menyadap karet dan memperoleh pendapatan hingga 3.000 yuan (1 yuan = Rp2.227) per tahun. Kini, dia bertanggung jawab atas sebuah fasilitas budi daya jamur, dengan gaji reguler bulanan 4.000 yuan.
Pembangunan taman-taman nasional di China, yang disertai dengan peningkatan kualitas lingkungan ekologis dan aktivitas manusia, juga dapat dilihat di Taman Nasional Sanjiangyuan di Provinsi Qinghai, China barat laut.
Area Sanjiangyuan dikenal sebagai “menara air” Asia karena meliputi hulu sungai Yangtze, Kuning, dan Lancang. Wilayah Madoi di Prefektur Otonom Etnis Tibet Golog di Qinghai, yang merupakan lokasi area hulu Sungai Kuning, merupakan contoh yang baik dari pembangunan taman nasional.
Dari tahun 1960-an hingga 1980-an, industri utama Madoi adalah peternakan. Saat itu, setiap rumah tangga di wilayah tersebut memiliki ratusan sapi dan domba, dan perkembangan peternakan telah meningkatkan perekonomian lokal.
Namun, sejak akhir 1980-an hingga awal abad ini, karena berbagai faktor, jumlah lahan basah dan danau di Madoi berkurang, vegetasi padang rumput mengalami penurunan, kapasitas konservasi air turun tajam, dan keanekaragaman hayati terdampak.
Guna memulihkan lingkungan ekologis, pemerintah wilayah itu menerapkan serangkaian langkah, termasuk memulai program migrasi ekologis, memberlakukan larangan penggembalaan di daerah tertentu, serta mendorong para peternak setempat untuk berpartisipasi dalam perlindungan ekologis. Langkah-langkah tersebut terbukti efektif, berhasil membalikkan tren kerusakan ekologi setempat.
Selain upaya-upaya pemerintah tersebut, sejumlah lembaga, pekerja akar rumput, dan penduduk setempat juga memainkan peran mereka dalam konservasi ekologis di Sanjiangyuan.
Jamwang Phuntsog bekerja di biro keamanan publik wilayah Zhidoi, Prefektur Otonom Etnis Tibet Yushu di Provinsi Qinghai, yang dilalui Sungai Yangtze. Pada 2010, dia membentuk tim sukarelawan perlindungan lingkungan untuk memunguti sampah di Sanjiangyuan di waktu senggangnya, bersama dengan para sukarelawan dari berbagai profesi lain.
Pusat Konservasi Shan Shui, sebuah organisasi yang berfokus pada konservasi alam, bekerja sama dengan koperasi peternak untuk mengorganisasi mereka dalam melakukan observasi macan tutul salju di area hulu Sungai Lancang. Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan para peternak tetapi juga meningkatkan perlindungan ekologis.
Keberhasilan taman-taman nasional di China itu sejauh ini sebagian besar berkat berbagai upaya yang melibatkan masyarakat setempat dalam perlindungan satwa liar dan habitat. Rampungnya proyek taman-taman nasional itu pada 2035 akan menunjukkan sebuah ekspansi besar-besaran dari keterlibatan masyarakat tersebut, menurut sejumlah analis.
MENGINTEGRASIKAN EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
Li Chunliang, Wakil Direktur Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China, menggambarkan rilis rencana tata ruang baru itu sebagai pencapaian penting lainnya dalam pembangunan taman nasional di China. Li mengatakan hal itu sangat penting untuk memandu pembangunan taman-taman nasional yang berkualitas tinggi dan membangun sistem taman nasional terbesar di dunia.
Taman-taman yang digambarkan dalam rencana itu akan mencakup berbagai ekosistem, mulai dari hutan dan padang rumput hingga lahan basah dan gurun, melibatkan lebih dari 700 cagar alam yang sudah ada, serta 10 situs warisan alam dunia.
Rencana tersebut juga menyatakan bahwa penduduk setempat dan masyarakat akan terlibat langsung dalam perlindungan, pembangunan, dan pengelolaan taman-taman nasional melalui waralaba, layanan sukarela, dan posisi perlindungan ekologis, untuk menikmati manfaat ekologis yang dibawa oleh taman-taman nasional.
Kekuatan taman-taman nasional untuk memberikan manfaat secara sekaligus bagi alam dan populasi manusia dapat dilihat dengan jelas di Taman Nasional Sanjiangyuan, di mana masyarakat setempat mendapat manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai upaya konservasi.
Menurut statistik resmi, selama satu dekade terakhir, konservasi air di daerah Sanjiangyuan telah meningkat rata-rata lebih dari 6 persen setiap tahun, sementara cakupan padang rumput meningkat lebih dari 11 persen dan produksi rumput naik sebesar 30 persen.
Populasi hewan dan tumbuhan liar terus meningkat di kawasan Sanjiangyuan. Populasi antelop Tibet, spesies yang berada dalam perlindungan nasional kelas satu di China, di Hoh Xil telah naik dari di bawah 20.000 pada 1990-an menjadi lebih dari 70.000.
Sementara itu, setiap rumah tangga peternak yang tinggal di dalam Taman Nasional Sanjiangyuan telah ditawari kesempatan kerja sebagai jagawana dengan pendapatan tahunan lebih dari 21.000 yuan (1 yuan = Rp2.227). Saat ini, lebih dari 17.000 jagawana bekerja di taman tersebut.
Tim sukarelawan perlindungan lingkungan yang dibentuk Jamwang Phuntsog telah berkembang hingga mencakup lebih dari 90 anggota, kebanyakan dari mereka adalah peternak.
“Saya adalah penjaga budaya hijau akar rumput. Saat ini, pemandangan setempat berupa pegunungan hijau, rerumputan, dan air yang mengalir mengingatkan saya pada masa kecil saya,” ungkap Jamwang Phuntsog. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post