ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Ribuan warga Amerika Serikat (AS) berunjukrasa di 70 kota memprotes presiden Donald Trump.
Di Gedung Putih, Washington DC, unjukrasa disuarakan ratusan warga. Dalam aksinya, mereka memprotes langkah presiden Donald Trump yang mengakibatkan terbunuhnya Jenderal Iran, Qasem Soleimani oleh militer Amerika.
Tak hanya mengecam langkah Trump, warga Amerika juga menyuarakan keprihatinannya dan tidak ingin ada peperangan dengan Iran.
“No Justice, No Peace, US out of the Middle East (Tak ada keadilan, tak ada perdamaian, AS keluar dari TImur Tengah),” demikian pesan tuntutan para pengunjukrasa.
Melansir AFP, aksi unjuk rasa itu bukan hanya digelar di depan Gedung Putih, Washington. Namun aksi serupa menggema di 70 kota di seluruh AS.
“Kami tidak akan membiarkan negara kami menjadi pemimpin sebuah perang tak berguna lainnya,” ujar orator di luar Gedung Putih.
Usai menggelar aksi di Gedung Putih, para pengunjuk rasa bergerak ke Trump International Hotel.
“Butuh pengalihan? Mulailah perang,” demikian sebuan poster yang dibawa demonstran, Sam Crook, 66.
Poster yang dibawa Crook itu merupakan sindiran di mana Trump sedang digoyang di dalam negeri lewat upaya pemakzulan terkait skandal Ukraina.
“Negara ini berada di dalam genggaman seseorang yang secara mental tidak stabil, Saya jelas mengatakan Donald Trump, demikianlah. Dia tak beres di dalam kepalanya,” ujar Crook.
Shirin, 31, seorang warga AS keturunan Iran mengaku khawatir dengan kemungkinan perang dengan negara nenek moyangnya.
“Kita telah mengeluarkan triliunan dolar untuk bertempur tanpa akhir di Irak, dan kamu tahu, perang terlama saat ini adalah di Afghanisan. Apa yang mau kita tunjukkan dari ini?” ujar Sirin.
Di kota New York, para demonstran berkumpul di Times Square. Mereka menuntut penarikan mundur 5.000 tentara AS dari Irak. Aksi unjuk rasa juga dilaporkan terjadi di Chicago dan Los Angeles.
Sementara itu, Uni Eropa menuntut agar segera dilakukan deeskalasi situasi di Baghdad, Irak.
Kepala bidang hubungan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pada Sabtu lalu menekankan pada deeskalasi setelah militer AS membunuh pejabat militer wahid Iran di Baghdad, Irak. Itu diungkapkan Borrell setelah melakukan pertemuan dengan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif di Brussels, Belgia.
Sementara itu, di Irak, faksi yang mendukung Iran meminta para personel keamanan negeri tersebut menjauhi basis militer AS. Itu dimintakan karena politikus faksi pro-Iran tak ingin prajurit negaranya tewas atau terluka karena aksi balas dendam Irak terhadap AS.
“Kami meminta pasukan keamanan negeri ini untuk menjauh setidaknya 1000 meter dari posisi basis Amerika Serikat, di mulai pada Minggu pukul 17.00 (waktu setempat), ” ujar Kataeb Hezbollah—politikus Irak yang mendukung Iran.
Sebelumnya, Jenderal Qasem Soleimani (62), tewas akibat pemboman yang dilakukan pesawat nirawak militer AS di Baghdad pada Jumat (3/1) dini hari.
Presiden Donald Trump menyatakan memerintahkan langsung serangan tersebut. Sementara itu pemimpin tertinggi iran, Ayatollah Khamenei menyatakan berjanji akan membalas serangan AS. Selain itu, ia pun menetapakan masa berkabung nasional selama tiga hari atas kepergian Qasem Soleimani. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post