ASIATODAY.ID, JAKARTA – Studi terbaru ‘Solusi Kota Cerdas untuk Dunia yang Lebih Beresiko’, yang diterbitkan oleh ESI ThoughtLab dan Oracle yang telah mensurvei berbagai kota di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, menyatakan bahwa seluruh pemimpin kota di Asia Tenggara telah berinvestasi secara signifikan pada cloud dan AI dan mereka berencana akan terus melakukannya dalam tiga tahun ke depan khususnya pada saat krisis kesehatan sedang melanda dunia. Sedangkan Jakarta berada pada tahap Intermediate/menengah, dalam hal memanfaatkan teknologi dan kemajuan menuju visi smart city.
Temuan utama dalam studi tersebut menyatakan bahwa laju perubahan teknologi yang cepat merupakan tantangan utama bagi 67 persen kota di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Separuh kota di Asia Tenggara juga kesulitan menemukan pemasok, mitra, dan konsultan yang tepat untuk membantu mereka mencapai tujuan sosial, lingkungan, dan ekonominya selama tiga tahun ke depan, sementara 50 persen lainnya mengantisipasi tantangan dalam hal mengkoordinasikan upaya antar sektor dan departemen di seluruh kota.
Davian Omas, Managing Director Oracle Indonesia, mengatakan bahwa kunci utama dalam visi smart city dan mengatasi krisis kesehatan adalah para pemimpin kota beralih ke kolaborasi, teknologi digital, analitik data, dan sistem pendanaan baru. Tata kelola dan kepemimpinan yang proaktif serta pembelajaran satu sama lain juga akan membantu kota menjaga keamanan warganya disamping bisnis yang tetap utuh.
“Kombinasi inovasi cerdas dan kolaborasi antar sektor publik dan swasta merupakan pendorong yang kuat untuk memastikan masa depan yang sehat, aman, dan sejahtera bagi semua perusahaan dan warga negara setelah pandemi,” kata Davian, Jumat (7/5/2021).
“Oracle terus membantu para pemimpin sektor publik untuk mencapai perubahan dan mengintegrasikan layanan yang memungkinkan organisasi agar bisa membangun, menerapkan, dan mengelola bisnis mereka dengan mulus, pada cloud atau di tempat, sehingga dapat menghadirkan masyarakat yang lebih cerdas dan terhubung, serta lebih aman,” tambahnya.
Sementara Direktur Jakarta Smart City, Bapak Yudhistira Nugraha, mengatakan Kota Pintar bukan hanya tentang kota dan teknologinya, tetapi juga tentang warganya, orang yang terhubung dengan orang, orang yang terhubung dengan pemerintah dan orang yang terhubung ke bisnis. Teknologi, Inovasi, dan Kolaborasi adalah elemen kunci dalam penerapan kota pintar di Jakarta. Melalui penerapan smart city 4.0, peran Pemerintah sebagai kolaborator, dan warga sebagai co-creator.
“Kita perlu membangun model bisnis baru dalam mengimplementasikan inisiatif kota pintar, seperti kemitraan publik-swasta. Dalam mewujudkan konsep tersebut, penting untuk bekerja sama lintas sektor publik dan swasta untuk menyelesaikan masalah Kota dan memahami kebutuhan warganya. Selain itu, Jakarta Smart City telah membuka pintu gerbang bagi semua pencipta kota untuk mencapai tujuan tersebut dengan mengadakan hackathon, program sandbox dan mengundang start-ups untuk berkolaborasi,” jelasnya.
COVID-19 telah mempercepat prioritas ‘Smart City’
Meskipun pandemi COVID-19 merupakan rintangan yang signifikan bagi kota-kota di seluruh dunia, COVID-19 juga telah mempercepat transformasi digital dan perencanaan kota digital.
Di Asia Tenggara, 50 persen para pemimpin kota mengatakan bahwa krisis kesehatan telah menunjukkan pentingnya kesinambungan dan ketangkasan operasional. Selain itu, 33 persen pemimpin kota Asia Tenggara menyadari bahwa program kota pintar dan transformasi digital sangat penting untuk masa depan kota mereka.
Saat kota mempercepat perjalanannya menuju smart city, mereka perlu membahas cara terbaik untuk menggabungkan infrastruktur fisik dan investasi digital yang ada.
Oracle dapat membantu kota memanfaatkan volume data yang tinggi dengan menggabungkan kecerdasan buatan dan melakukan pembelajaran mesin untuk mengubah platform yang ada menjadi layanan warga yang otomatis dan ramah seluler.
Jakarta Menuju Smart City
Temuan dalam studi terbaru dari ESI dan Oracle ini, menguraikan bagaimana Jakarta telah siap menuju Smart City. Di Jakarta, ekonomi yang tumbuh pesat adalah yang dipelopori oleh UKM lokal di bidang e-commerce, perbankan digital, dan lainnya. Itulah beberapa factor yang mendorong kota ini terus bergerak menuju visi kota cerdasnya.
Para pemimpin kota Jakarta setuju bahwa pandemi global telah mendorong pemikiran baru tentang prioritas perkotaan dan minat mereka pada program yang dapat membangun kebaikan sosial dan mengungkap kelemahan dalam kesinambungan operasional kota serta kemampuan ketika karyawan perlu bekerja dari jarak jauh.
Pimpinan Jakarta juga belajar dari pandemi bahwa perlunya organisasi swasta dan sektor publik untuk mengambil perspektif “triple bottom line” yang melibatkan antara nilai sosial, lingkungan, dan finansial. Serta pentingnya perencanaan dan kelincahan operasional yang berkelanjutan di masa kini dimana dunia bisa berubah cepat.
Untuk itu, infrastruktur dan jaringan digital menjadi investasi prioritas tinggi bagi Jakarta dalam tiga tahun ke depan. Kota ini juga berencana untuk terus berinvestasi secara signifikan pada sistem cloud dan AI, serta IoT dan sensor dalam tiga tahun ke depan.
Jakarta saat ini menggunakan perpaduan antara cloud publik, privat, dan hybrid untuk menerapkan solusi kota cerdasnya. Namun, ini adalah satu-satunya kota di Asia Tenggara yang tidak mengizinkan penggunaan beberapa cloud publik dari berbagai penyedia. Seperti semua kota Asia Tenggara lainnya, Jakarta lebih memilih menerapkan perangkat lunak sebagai solusi kota pintar di lokasi pusat data pemerintah. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih memilih data mereka untuk tetap berada dalam batas negara. Memanfaatkan lebih dari satu jenis cloud adalah caranya dan Oracle Cloud dapat membantu memajukan Jakarta menjadi lebih cerdas di masa depan.
Dalam hal keamanan siber, Jakarta sudah cukup yakin tentang pertahanan keamanan sibernya. Untuk meningkatkan sistem keamanan sibernya, kota ini berencana untuk bekerja sama dengan lembaga penegak hukum negara pada bagian lokal untuk mengurangi kejahatan dunia maya, menambah staf dengan spesialis luar atau fungsi outsourcing dan meningkatkan keamanan aplikasi. Namun, ada potensi untuk lebih memanfaatkan cloud agar keamanan menjadi lebih baik yaitu menggunakan manajemen akses dan otentikasi.
Power Combo: Inovasi Cerdas dan Kolaborasi sektor Publik dan Swasta
Bagi 50 persen pemimpin kota di Asia Tenggara, pelajaran terbesar yang didapat selama pandemi adalah kebutuhan krusial untuk akses tepat waktu ke data dan analitik tingkat lanjut pada saat menjalankan kota seperti ini.
Pemimpin kota perlu mengambil pendekatan holistik dalam merencanakan pertumbuhan dan perbaikan di masa depan di seluruh kota untuk memastikan sinergi di seluruh bidang ekonomi, lingkungan, serta sosial kota. Lebih dari sepertiga (33 persen) pemimpin kota di kawasan Asia Tenggara setuju dan melihat perlunya bisnis dan pemerintah untuk berkolaborasi lebih dekat untuk mengatasi masalah saat ini.
Saat kota menjadi lebih pintar dan lebih terhubung, akan ada peningkatan permintaan pada keterampilan baru. Integrasi lebih lanjut dari teknologi dan data ke dalam layanan publik — dan bisnis pada umumnya ini — akan mendorong perubahan cara manusia berinteraksi dengan proses dan alat digital. Inilah sebabnya mengapa separuh kota di Asia Tenggara (50 persen) akan mengembangkan keterampilan, kemampuan, dan budaya untuk bekerja dengan ekosistem eksternal guna memenuhi tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi mereka.
Teknologi cloud Oracle menyediakan kapabilitas AI yang dibutuhkan kota-kota untuk menemukan kandidat terbaik secara signifikan lebih mudah dan membawa banyak manfaat yang nyata dan juga yang tidak berwujud.
Ketergantungan yang lebih kuat pada teknologi digital dan analitik data
“Kota pintar” yang paham teknologi berinvestasi dalam kemampuan baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan analitik yang digerakkan oleh sensor untuk membantu para pemimpin kota membuat kemajuan dalam domain perkotaan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG). Untuk terus melakukan itu, seluruh pemimpin kota Asia Tenggara berinvestasi secara signifikan di sistim cloud dan AI, dan mereka berencana untuk terus melakukannya selama tiga tahun ke depan.
Kolaborasi yang lebih besar antara lembaga pemerintah dan masyarakat dalam penggunaan data dapat membantu menginformasikan pengambilan keputusan yang lebih baik dan memberikan hasil yang positif. Hal ini diakui di antara para pemimpin kota Asia Tenggara karena alat kolaboratif online akan meningkatkan investasi sebesar 50 persen dari kota-kota di Asia Tenggara.
Seperti yang terlihat selama pandemi, lembaga pemerintah tidak dapat ditutup untuk membangun infrastruktur cloud. Sebaliknya, mereka harus bekerja menuju modernisasi dan mencari cara untuk meningkatkan kapabilitas di cloud secara bertahap. Hasilnya, 83% pemimpin kota di kawasan Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka lebih suka menerapkan pendekatan cloud hybrid untuk solusi kota pintar.
Cloud Oracle menyediakan infrastruktur baru dan kemampuan platform yang lengkap. Inilah yang membedakan Oracle dari vendor lain karena Oracle mencakup semua teknologi yang dibutuhkan untuk membangun, memperluas, dan menghubungkan aplikasi.
Kota-kota di Asia Tenggara tidak yakin dengan keamanan siber mereka
Baik itu pasar berkembang atau maju, keamanan fisik dan digital adalah prioritas nomor satu bagi para pemimpin kota. Ketika kota-kota semakin terhubung dengan layanan digital yang kaya data, pentingnya keamanan siber akan semakin meningkat.
Di Asia Tenggara, Singapura adalah satu-satunya kota yang dapat dengan yakin mengatakan bahwa mereka sangat siap menghadapi serangan siber, sementara 50 persen kota di Asia Tenggara hanya cukup siap dan 33 persen menyatakan bahwa mereka sedikit siap.
Meskipun demikian, semua kota di Asia Tenggara berencana untuk memperkuat postur keamanan siber mereka, dengan 83 persen kota di Asia Tenggara berinvestasi secara signifikan dalam keamanan aplikasi dan 67 persen dalam mempekerjakan lebih banyak spesialis keamanan siber dalam tiga tahun ke depan.
Cloud Oracle Gen 2 adalah solusi keamanan komprehensif yang memenuhi kebutuhan semua pengguna, aplikasi, data, dan infrastruktur. Oracle melindungi data sensitif pelanggan dan meringankan beban keamanan untuk infrastruktur dan aplikasi mereka, dengan keamanan yang berfokus pada otomatisasi, pertahanan data, dan integrasi sebagai berikut:
o Aman pada desain: Keamanan terpasang dan terintegrasi pada infrastruktur, aplikasi, dan basis data dengan portofolio keamanan yang diperluas
o Pertahanan Data: Fokus jangka panjang pada perlindungan data dan mengamankan jalur untuk mengakses data sensitif
o Otomatisasi: Menyederhanakan keamanan dan mengaktifkan pertahanan cepat dengan merespons secara otomatis akan pengamanan diri. (AT Network)
Discussion about this post