ASIATODAY.ID, ANKARA – Turkiye batalkan pertemuan trilateral dengan Swedia dan Finlandia terkait permohonan kedua negara tersebut bergabung dengan NATO menyusul aksi pembakaran salinan Al-Qur’an di Swedia.
Jaringan televisi TRT yang dikelola pemerintah pada Selasa (24/1) melaporkan bahwa pertemuan itu dijadwalkan berlangsung pada Februari, mengutip sumber diplomatik Turkiye yang tidak disebutkan namanya.
Dilansir Xinhua, keputusan itu diambil sehari setelah Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Swedia untuk tidak mengharapkan dukungan dari Turkiye terkait permohonan menjadi anggota NATO setelah Rasmus Paludan, ketua partai politik sayap kanan ekstrem Denmark Stram Kurs (Garis Keras), membakar sebuah salinan Al-Qur’an pada Sabtu (21/1) di luar Kedutaan Besar Turkiye di Stockholm, ibu kota Swedia.
Swedia dan Finlandia mengajukan permohonan resmi mereka untuk bergabung dengan NATO pada Mei 2022, yang awalnya ditolak oleh Turkiye, salah satu anggota NATO, dengan alasan dukungan mereka terhadap organisasi Kurdi anti-Turkiye dan para pembangkang politik.
Sebulan kemudian, Turkiye, Swedia dan Finlandia mencapai nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) menjelang KTT NATO yang diadakan di Madrid, Spanyol.
Dalam nota kesepahaman tersebut, Ankara setuju mencabut hak vetonya terkait permohonan Finlandia dan Swedia untuk menjadi anggota NATO, yang sebagai imbalannya berjanji mendukung perjuangan Turkiye melawan terorisme dan menangani “permintaan deportasi atau ekstradisi tersangka teror yang tertunda secara cepat dan menyeluruh.”
Parlemen Turkiye sejauh ini belum meratifikasi permohonan negara-negara Nordik itu untuk menjadi anggota NATO, dengan alasan bahwa mereka belum memenuhi permintaan Turkiye. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post