ASIATODAY.ID, JAKARTA – Laporan terbaru lembaga Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyebutkan, tingkat gizi anak-anak terutama usia di bawah lima tahun masih sangat mengkhawatirkan. Di momentum hari pangan sedunia ini, UNICEF menyoroti masalah itu.
Setidaknya satu dari tiga anak balita di seluruh dunia mengalami kekurangan gizi dan tidak berkembang dengan baik.
“Sejumlah besar anak-anak yang menderita akibat dari diet yang buruk dan sistem makanan yang membuat mereka gagal,” tulis UNICEF dalam laporannya seperti dilansir dari The Health Site, Kamis (17/10/2019).
Saat ini, lebih dari 200 juta anak balita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan. Sementara satu dari tiga secara global, dan hampir dua pertiga anak-anak antara usia enam bulan hingga dua tahun tidak mendapat makanan yang tepat.
Hampir dua pertiga anak-anak antara usia enam bulan hingga dua tahun tidak mendapat makanan yang tepat.
Padahal, kurangnya nutrisi dapat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap masalah kesehatan, yaitu perkembangan otak yang buruk, pembelajaran yang lemah, kekebalan rendah, peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan dalam banyak kasus, kematian dini.
Meskipun teknologi sudah maju, dan sudah banyak cara untuk mengatasi masalah kesehatan dan gizi, tapi fakta paling mendasar adalah jika anak-anak makan dengan buruk, mereka hidup dengan buruk.
Laporan utama menggambarkan ada tiga masalah gizi buruk: kurang gizi, kelebihan berat badan, dan defisiensi nutrisi esensial. Sementara 149 juta anak muda di bawah lima tahun telah mengalami pertumbuhan buruk, dan terlalu pendek untuk usia mereka, sementara 50 juta lainnya terlalu kurus untuk tinggi badan mereka.
Sedangkan 40 juta lainnya, dalam kelompok usia yang sama, kelebihan berat badan atau obesitas. Pada saat yang sama, separuh dari semua anak balita di seluruh dunia tidak mendapatkan vitamin dan nutrisi penting, sebuah masalah yang oleh UNICEF dijuluki kelaparan tersembunyi. Sementara 50 juta lainnya terlalu kurus untuk tinggi badan mereka.
Pola makan buruk yang diperkenalkan pada awal kehidupan, terbukti sangat merugikan dalam 1.000 hari pertama yang penting. Meskipun menyusui terbukti menyelamatkan jiwa, hanya 42 persen anak di bawah usia enam bulan yang disusui secara eksklusif, dengan ketergantungan yang semakin besar pada susu formula.
Selain itu, anak-anak yang hidup dalam kemiskinan pun menanggung beban terbesar dari segala bentuk kekurangan gizi, dengan keluarga yang lebih miskin cenderung membeli pilihan makanan yang berkualitas rendah dan lebih murah.
Kurangnya makanan sehat, melanggengkan status kemiskinan keluarga dari generasi ke generasi, dengan tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan memperburuk masalah. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post