ASIATODAY.ID, JAKARTA – Badan Perdagangan dan Pengembangan Amerika Serikat (USTDA) mengucurkan dana hibah senilai sebesar US$1,7 juta atau setara Rp25,7 miliar kepada pemerintah Indonesia.
Dana tersebut diberikan kepada PT Super Sistem Data (Super Sistem) untuk studi kelayakan pengembangan telekomunikasi internet Indonesia.
Studi kelayakan tersebut untuk pengembangan sistem kabel serat optik bawah laut domestik dan menambah kapasitas internet pita lebar (broadband) kritis di daerah terpencil dan tertinggal di Indonesia.
Nantinya, sistem kabel yang disebut Barat Timur Indonesia (BTI) akan menghubungkan Batam, Jakarta dan Manado, mencakup tujuh stasiun pendaratan dan memiliki panjang gabungan lebih dari 4,700 km.
Studi ini akan menyediakan Super Sistem dengan analisis, desain dan rencana yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem kabel.
Super Sistem sendiri kemudian memilih APTelecom yang berbasis di Florida, untuk melakukan penelitian.
Terkait proyek ini, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Yong Kim, mengatakan bahwa kabel bawah laut merupakan tulang punggung infrastruktur internet global.
“Jaringan kabel serat optik sepanjang lebih dari 1,4 juta kilometer ini bertanggung jawab untuk mentransmisikan data dalam jumlah besar melintasi lautan, menghubungkan benua, negara dan budaya,” jelas Kim pada Selasa (11/7/2023).
Menurut Kim, pembangunan infrastruktur ini akan merevolusi pasar yang berkembang pesat, dengan menyediakan peluang unik bagi pemerintah, bisnis dan masyarakat Indonesia sehari-hari.
Direktur USTDA Enoh. T. Ebong juga mengatakan bahwa infrastruktur digital akan menciptakan peluang bagi perusahaan AS dan mitra teknologi terpercaya untuk menawarkan solusi di pasar telekomunikasi yang penting.
Sementara itu, Muhammad Arif Angga selaku ketua umum APJII mengatakan bahwa kemitraan ini dapat memicu kerjasama lebih lanjut dengan Indonesia dan AS di bidang teknologi dan internet.
Dukungan USTDA terhadap proyek ini dilakukan untuk memajukan Kemitraan untuk infrastruktur dan investasi global, dalam Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) dan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF).
Tujuan dukungan ini dilakukan untuk mengembangkan, memperluas dan menerapkan infrastruktur digital yang aman, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memfasilitasi masyarakat digital yang terbuka.
CEO Super Sistem Kelvan Firman juga mengungkapkan bahwa pihak AS melihat Indonesia sebagai strategic partner.
Menurutnya, pihak AS melihat proyek ini sebagai proyek strategis dan memberikan dampak besar dalam commercial value. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post