ASIATODAY.ID, KATHMANDU – Nepal menghadapi situasi mengkhawatirkan akibat wabah Covid-19. Rumah sakit di negeri itu dilaporkan kewalahan merawat pasien Covid-19 yang membludak.
Pemerintah setempat bahkan telah meminta bantuan dari negara lain karena kewalahan menangani pandemi ini.
Akhir pekan lalu, 44 persen tes Covid-19 di Nepal hasilnya positif. Federasi Palang Merah Internasional (IFRC) memperingatkan krisis yang akan datang.
“Apa yang terjadi di India saat ini adalah gambaran mengerikan dari masa depan Nepal jika mereka tidak dapat menahan gelombang Covid-19 baru yang merenggut lebih banyak nyawa setiap menit,” kata Ketua Palang Merah Nepal, Netra Prasad Timsina, dilansir dari CNN, Jumat (7/5/2021).
Penyebaran virus yang sangat cepat menimbulkan kekhawatiran Nepal akan tertatih-tatih menghadapi pandemi. Mereka bisa bernasib sama seperti India, atau bahkan lebih buruk.
Pasalnya, Nepal memiliki sistem kesehatan yang rapuh dan tenaga kesehatan yang lebih sedikit dibanding India. Sementara itu, tingkat vaksinasinya lebih rendah dibandingkan India.
Acara publik massal, termasuk festival, pertemuan politik, dan pernikahan kemungkinan menjadi faktor penyebar kasus terus bertambah setiap harinya. Masyarakat juga terlihat sudah puas dengan keadaan sebelumnya, sementara pemerintah lambat dalam menangani kasus baru.
“Situasi semakin memburuk dari hari ke hari dan mungkin tidak terkendali di masa depan,” kata Samir Adhikari, juru bicara Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal.
Meskipun Nepal telah memperketat perbatasan dan memberlakukan penguncian di wilayah yang paling parah terkena dampaknya – termasuk ibu kota – ketakutan tetap terasa di masyarakat. Mereka tidak bisa menahan virus, mulai dari ibu kota hingga Base Camp di Everest.
Hanya sebulan yang lalu, negara Himalaya berpenduduk 31 juta orang ini melaporkan sekitar 100 kasus sehari. Sekarang, lebih dari 8.600 kasus setiap harinya.
Beberapa warga menyalahkan gelombang kedua di negara itu sebagai ‘kiriman’ dari India yang menyebar di Nepal. Warga Nepal tidak perlu menunjukkan paspor atau KTP mereka untuk memasuki negara itu.
Padahal banyak orang Nepal memiliki bisnis di India, dan sebaliknya, yang berarti lalu lintas lintas batas tinggi. Dalam beberapa pekan terakhir, banyak orang India melarikan diri dari gelombang kedua di New Delhi, berharap dapat mengakses perawatan kesehatan di Nepal atau melarikan diri ke negara ketiga.
“Sangat sulit menghentikan semua mobilitas kedua negara,” imbuh Adhikari.
Namun kini Nepal sedikit memperketat penjagaan mereka. Warga Nepal hanya bisa menyeberang dari India di 13 dari 35 titik perbatasan.
Sementara para warga yang kembali harus melewati uji Covid-19 di perbatasan. Siapapun yang dites negatif bisa pulang – tapi kasus positif harus masuk fasilitas karantina atau rumah sakit. (ATN)
Discussion about this post