ASIATODAY.ID, JAKARTA – Di tengah gejolak di Laut China Selatan dan kawasan Asia Pasifik, Korea Selatan mulai fokus memperkuat militernya.
Negeri ginseng itu akan mulai membangun kapal induk pertamanya tahun depan. Kapal itu dirancang untuk bisa mengoperasikan puluhan jet tempur.
“Kapal induk seberat 30 ribu ton dapat mengangkut pasukan militer, peralatan dan material, juga dapat mengoperasikan jet tempur yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal,” jelas Kementerian Pertahanan Korsel dalam keterangan tertulis yang dimonitotor, Kamis (13/8/2020).
“Ini akan memungkinkan militer lebih efektif menekan ancaman dan mengirim pasukan serta material ke wilayah yang disengketakan di laut dengan memainkan peran sebagai kapal pengontrol untuk unit angkatan darat,” jelas Kemhan.
Tahun lalu, Korea Selatan menyampaikan minatnya pada sebuah kapal induk dan mengatakan akan membangun “kapal angkut besar multiguna”.
Dalam rencana nasional 2021-2025 yang diterbitkan pekan ini, untuk pertama kalinya pemerintah secara eksplisit berkomitmen membangun peralatan bernilai miliaran dolar.
Melansir CNN, Korea Selatan kemungkinan juga membeli jet tempur F-35B buatan AS yang memiliki kemampuan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal serta kompatibel dengan kapal induk kecil.
F-35B adalah satu-satunya jet tempur dengan lepas landas pendek dan pendaratan vertikal yang diproduksi di dunia.
Korea Selatan akan bergabung dengan Jepang dan AS dalam mengerahkan F-35B di kapal induk ringan di Pasifik barat.
Ketiga negara itu diketahui memiliki hubungan kontroversial dengan Korea Utara yang melanjutkan uji coba rudal setelah Kim jong-un dan Presiden AS Donald Trump gagal mencapai kesepakatan nuklir.
Berbobot 30 ribu ton, ukuran kapal Korea Selatan akan lebih mirip kapal Jepang daripada USS America seberat 43 ribu ton yang dikerahkan ke Negeri Sakura.
Korea Selatan tidak menjelaskan perkiraan biaya untuk kapal induk ringan tersebut, tapi pemerintah AS melaporkan harga versi terbaru USS Amerika yang 25 hingga 30 persen lebih besar bernilai hampir USD4 miliar atau sekitar Rp59,2 triliun. (ATN)
Discussion about this post