ASIATODAY.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam segala bentuk “cerita bohong dan teori konspirasi” tentang virus corona.
WHO menegaskan, hal semacam itu justru mempersulit upaya global dalam menangani penyebaran virus corona tipe Novel Coronavirus (2019-nCoV).
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kepada awak media bahwa misinformasi telah “membuat tugas para pahlawan di luar sana semakin sulit.”
Berdasarkan data terbaru Komisi Kesehatan Nasional China pada Minggu 9 Februari 2020, korban tewas akibat wabah virus corona mencapai 811 orang. Sementara kematian di luar China berjumlah dua orang, masing-masing di Filipina dan Hong Kong.
Untuk total jumlah infeksi virus corona di China, angkanya telah melampaui 37 ribu. Dari angka tersebut, Tedros mengatakan bahwa hampir 25 ribu kasusnya berada di provinsi Hubei.
“Saya juga ingin menekankan pentingnya mengedepankan fakta, bukan rasa takut,” ucap Tedros, melansir BBC, Senin (10/2/2020).
“Masyarakat harus memiliki akses terhadap informasi yang akurat untuk melindungi diri mereka dan orang lain,” sambungnya.
Tedros menyebut misinformasi seputar virus corona nCoV telah “memicu kebingungan dan juga ketakutan di tengah publik.”
“Kami di WHO tidak hanya memerangi virus, tapi juga misinformasi dan teori konspirasi,” ungkapnya.
Ia mengaku sepakat dengan kolom opini di media Guardian, yang menyebutkan bahwa “misinformasi mengenai virus corona mungkin adalah hal yang paling menular” di tengah masyarakat.
Beragam teori konspirasi mengenai virus corona menyebar secara luas di dunia maya. Salah satu yang sering muncul adalah video seorang wanita yang sedang memakan sup kelelawar. Sejumlah laporan mengklaim video itu diambil di Wuhan, kota pusat penyebaran virus corona nCoV.
Namun setelah ditelusuri, video wanita yang mengonsumsi sup kelelawar itu diambil di Palau pada 2016. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post