ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengindikasikan penyebaran virus korona semakin meluas di dunia.
Hingga Sabtu (25/01/2020), WHO mencatat wabah virus korona sudah mencapai 1.320 kasus yang terjadi di 10 negara termasuk di Amerika dan Prancis.
Berdasarkan laporan situasi terkini terkait kejadian luar biasa (KLB) novel coronavirus (nCov) atau virus corona dari WHO, dari total 1.320 kasus, sebanyak 1.297 kasus berada di China dan 41 orang meninggal dunia karena penyakit tersebut.
Beberapa negara yang melaporkan kasus virus corona yang terkonfirmasi adalah Thailand empat kasus, Jepang tiga kasus, Singapura tiga kasus, Australia tiga kasus, Prancis tiga kasus, Korea Selatan dua kasus, Vietnam dua kasus, Amerika Serikat dua kasus, dan Nepal satu kasus.
Kasus penyakit ini melonjak sebanyak 474 kejadian dibandingkan hari sebelumnya, dan jumlah kematian yang diakibatkan melonjak hampir dua kali lipat dari laporan per Jumat (24/1) sebanyak 25 orang meninggal.
Untuk kasus di China termasuk kasus penyakit di Hong Kong lima kasus, Macau dua kasus, dan Taipei tiga kasus. Kasus virus corona di China terjadi di 20 provinsi, dan kabupaten-kota di luar Hong Kong, Macau, dan Taipei. Dari 1.287 kasus virus corona yang terjadi di China, sebanyak 237 kasus dilaporkan mengalami gangguan kesehatan serius.
Sebanyak 21 orang dari 23 kasus virus corona yang terjadi di luar China memiliki riwayat bepergian ke Kota Wuhan di Provinsi Hubei China. Satu kasus virus corona yang terjadi di Australia memiliki riwayat kontak langsung dengan orang yang positif terinfeksi virus corona di Wuhan saat berada di China.
Sedangkan satu orang yang positif virus corona di Vietnam tidak memiliki riwayat bepergian ke China, namun tinggal bersama anggota keluarga yang terjangkit penyakit tersebut setelah berkunjung ke Wuhan. Kasus tersebut merujuk bahwa penyakit virus corona ini dapat menular dari manusia ke manusia.
WHO menyebut status risiko virus corona ini sangat tinggi untuk wilayah China, berisiko tinggi untuk wilayah regional Asia, dan risiko sedang untuk skala global.
China Bergegas Bangun Rumah Sakit
Sementara itu, Pemerintah China bergegas untuk membangun rumah sakit baru dalam 10 hari. Rumah sakit ini nantinya digunakan untuk merawat pasien terinfeksi virus corona.
Rumah sakit itu dibangun di pusat penyebaran virus mematikan tersebut di Kota Wuhan, Provinsi Hebei.
Fasilitas di pusat kota Wuhan diharapkan akan digunakan pada 3 Februari untuk melayani peningkatan jumlah pasien yang terinfeksi oleh virus corona.
“Rumah sakit Ini akan memiliki kapasitas 1.000 tempat tidur yang tersebar di 25 ribu meter persegi,” kata kantor berita resmi Xinhua, dilansir Minggu (26/01/2020).
Konstruksi dimulai ketika laporan muncul kekurangan tempat tidur di rumah sakit yang ditunjuk sebagai berurusan dengan wabah.
Xinhua mengatakan fasilitas baru itu bertujuan “mengurangi kekurangan sumber daya perawatan medis dan meningkatkan kemampuan untuk merawat pasien”.
Pada tahun 2003, China mendirikan sebuah rumah sakit di pinggiran pedesaan Beijing dalam waktu kurang dari seminggu untuk memenuhi peningkatan jumlah pasien yang menderita SARS. Sindrom Pernafasan Akut Parah itu menewaskan 349 orang di daratan China dan 299 di Hong Kong pada 2002 hingga 2003.
Rumah Sakit Xiaotangshan terdiri dari struktur prefabrikasi dan Xinhua melaporkan Jumat bahwa Wuhan membangun fasilitas baru berdasarkan model yang sama.
Kota berpenduduk lebih dari 11 juta orang telah memusatkan perawatannya terhadap virus baru dengan mengisolasi pasien di 61 klinik dan rumah sakit yang ditunjuk.
Pejabat China mengatakan virus itu kemungkinan berasal dari hewan liar di pasar makanan laut di kota itu. Tetapi virus menyebar ke beberapa negara di Asia dan sekitarnya.
Wabah itu telah mendorong pihak berwenang di setidaknya sembilan kota di China untuk memberlakukan pembatasan perjalanan dan membatalkan acara publik untuk menghentikan penyebaran. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post