ASIATODAY.ID, JAKARTA – World Snake Day atau Hari Ular Sedunia diperingati pada 16 Juli.
Pada tahun ini, Hari Ular Sedunia diperingati pada Sabtu (16/7/2022).
Hari Ular Sedunia bertujuan untuk mengubah persepsi negatif tentang ular dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberadaan ular dalam ekosistem.
Selain itu, Hari Ular Sedunia juga didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang berbagai spesies ular di seluruh dunia.
Dikutip dari berbagai sumber, saat ini lebih dari 3.500 spesies ular hidup di seluruh dunia. Dari jumlah ini, ular yang berbisa hanya sekitar 600 spesies. Selain itu, hanya ada 200 spesies ular yang menimbulkan risiko yang cukup besar bagi kehidupan manusia.
Penting bagi Ekosistem
Selama ini, Ular sering dianggap sebagai hewan yang membahayakan oleh masyarakat sehingga keberadaannya tidak disukai. Hal itu menyebabkan beberapa spesies ular menjadi terancam punah.
Ular termasuk kedalam salah satu jenis herpetofauna yang memiliki habitat dan penyebaran sangat luas. Ular dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali di daerah kutub.
Ular dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok, antara lain ular terrestrial yang hidup di tanah/daratan, ular akuatik dan semi akuatik yang hidup di daerah perairan, ular fossorial yang hidup di dalam tanah, dan ular arboreal yang hidup di atas pohon.
Umumnya ular dapat ditemukan pada daerah yang memiliki suhu, kelembaban, cahaya matahari yang stabil, serta adanya kelimpahan makanan. Ular dapat berhabitat dekat dengan lingkungan manusia, seperti di halaman rumah, kebun, sawah, ladang, hutan, sungai, rawa-rawa, gua, pantai, dan laut.
Dapat ditemukannya ular di wilayah pemukiman manusia dikarenakan pada wilayah tersebut banyak ditemukan tikus (mangsa ular) yang berhabitat di sawah, kebun, ladang, saluran air, dan semak-semak.
Dekatnya habitat ular dengan wilayah pemukiman terkadang menyebabkan terjadinya interaksi antara manusia dan ular yang akhirnya dapat menimbulkan sebuah keyakinan dan kebiasaan bersikap terhadap ular yang biasanya kurang baik. Hal ini apabila terus berlangsung dapat berkontribusi dalam mengurangi jumlah Ular.
Di sisi lain ular berperan penting bagi ekosistem yaitu sebagai predator dan mangsadalam rantai makanan.
Ular merupakan predator alami tikus, serangga, dan laba-laba sehingga dapat menjaga populasi hama tetap terkendali.
Ular juga merupakan sumber makanan (mangsa) bagi mamalia, burung-burung predator, seperti elang dan burung hantu, dan reptil lainnya. Peran ular lainnya yaitu bisa ular dapat dimanfaatkan dalam bidang medis.
Tidak perlu Dimusuhi
Ular tidak perlu dimusuhi berlebihan, bahkan berniat untuk membunuhnya. Mengapa? Karena, sebagai makhluk hidup, ular memiliki manfaat penting bagi ekosistem. Ular berdaya guna sebagai pengendali populasi tikus dan jenis binatang lain yang merupakan hama.
Penelitian menunjukkan, beberapa jenis bisa Ular justru berdaya guna untuk mengobati penyakit seperti kanker dan yang paling umum, bisa ular dijadikan serum anti-bisa.
Sebagai satwa melata, ular hampir ada di seluruh bentangan bumi mulai hutan, pegunungan, persawahan, pesisir pantai, hingga daerah berkapur.
Suhu tubuh ular selalu mengikuti suhu lingkungan sekitar. Dipastikan, semua jenis ular merupakan jenis pemangsa yang memakan satwa lain.
Sayang, sebagian besar masyarakat menganggap semua ular itu berbisa alias memiliki racun (venom). Padahal, dari sekitar 250 – 300 jenis ular yang ada di Indonesia, hanya 8 persen saja yang berbisa.
Stigma yang masih berkembang ini yang menyebabkan ular akan diburu bila bertemu manusia, tanpa pernah dikenali dulu apakah jenis itu beracun atau tidak. (ATN)
Discussion about this post