ASIATODAY.ID, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) mengungkap 4 skenario dampak ekonomi Asia dan global akibat wabah virus corona (Covid-19).
Skenario ini berpijak pada kebijakan China yang memutuskan untuk menutup jalur ekonominya demi menghentikan penyebaran wabah virus corona (covid-19).
Dalam skenario terburuk, ADB memperkirakan tekanan dari wabah virus corona terhadap ekonomi China akan berlangsung hingga enam bulan, terhitung sejak Januari 2020.
Dengan tekanan ini, larangan terbang dan kebijakan lainnya akan tetap diberlakukan selama periode tersebut. Artinya, China akan kehilangan sebanyak 2 persen pada pertumbuhan konsumsi dan investasinya.
“Tingkat outbond pariwisata China turun 50 persen dalam enam bulan. Bagi negara-negara yang memberlakukan larangan terbang, tidak ada penerimaan devisa wisata dari China selama enam bulan,” demikian keterangan tertulis ADB yang diterima Sabtu (7/3/2020).
Menurut ADB, jumlah kunjungan turis ke China dan negara-negara Asia Tenggara diperkirakan turun 40 persen akibat wabah virus corona.
Problemnya, sebagai negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, China menyumbang hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi global. Secara statistik, jika ekonomi China terpukul, akan menimbulkan efek domino. Artinya, negara lain juga akan terpukul dan mungkin bakal lebih berat.
WHO sendiri menyebutkan wabah corona sebagai kejadian luar biasa dan berawal dari China lainnya: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tingkat kematian wabah virus corona (1 persen sampai 3,4 persen), tak sebesar SARS (10 persen), termasuk tingkat ketertularannya. Data WHO per Jumat (6/3/2020), virus itu sudah menjalar ke 79 negara.
Sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia, China memegang peran perekonomian banyak negara, utamanya soal pariwisata.
Berdasarkan catatan ADB, lima negara dengan kunjungan wisata terbanyak dari China pada 2018 berasal dari Hong Kong (68 lersen turisnya berasal dari China), Palau (39 persen), Kamboja (33 persen), Vietnam (32 persen), dan Korea Selatan (Korsel 31 persen), sementara Indonesia 16 persen turisnya berasal dari China.
ADB membuat empat skenario pengaruh ekonomi dari sektor pariwisata. Yang pertama, jika pariwisata di China ditutup 2 bulan (skenario terbaik), lalu 3 bulan (moderat), 6 bulan (buruk), dan lebih dari 6 bulan (terburuk).
(1) Skenario terbaik: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sama seperti saat SARS, atau sekitar 7,7 persen.
(2) Skenario moderat: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sekitar 17,7 persen.
(3) Skenario buruk dan terburuk: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun 47,7 persen.
“Skenario ini akan diperbarui, terutama jika wabah virus corona meluas secara signifikan menjadi pandemik global,” demikian laporan ADB.
Kerugian Global
ADB menghitung, dampak global akibat virus corona ini akan berkisar USD77 miliar hingga USD347 milar. Angka tersebut setara dengan 0,1 persen hingga 0,4 persen PDB global.
Untuk skenario moderat pengaruhnya sekitar USD156 miliar, atau 0,2 persen PDB global. Negara-negara berkembang Asia akan mengalami kerugian sekitar USD22 miliar, atau 0,24 persen jika menggunakan skenario moderat.
“Dalam skenario yang sama, secara global, potensi kehilangan ekonomi dunia mencapai US155 miliar dan China sendiri USD103 miliar. Itu dalam skenario moderat. Jika skenario buruk, secara global, potensi kerugian dunia mencapai USD346 miliar. Angka tersebut berasal dari potensi kerugian China (USD236 miliar), negara Asia non-China (USD42 miliar) dan sisanya dari negara-negara lain (USD68 miliar). (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post