ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia harus mulai menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menyelamatkan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tekanan ekonomi pada kuartal II-2020 ini menjadi semakin dalam. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan tumbuh negatif 3,8 persen dari sebelumnya negatif 3,1 persen.
“Kuartal II kita mengalami tekanan hebat, kemunginkan dalam kondisi negatif. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) mengatakan negatif 3,8 persen,” jelas Sri dalam video conference di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Menurut Sri, perekonomian untuk tahun ini sangat bergantung pada pemulihan ekonomi di semester II. Tahun ini pertumbuhan ekonomi diproyeksikan antara minus 0,4 persen sampai dengan 1 persen.
“Pada semester II atau kuartal III dan kuartal IV apakah kita sudah bisa pulih? Sudah tertuang dalam postur APBN yang baru,” urainya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 mengalami revisi setelah sebelumnya berada pada level minus 0,4 persen sampai 2,3 persen. Namun perlambatan ekonomi yang terjadi di kuartal II membuat kontraksi akan menjadi semakin dalam.
“Revisi sedikit turun karena kami melihat kontraksi cukup dalam di kuartal II. Tentu ini sangat tergantung dari kemampuan kita untuk memulihkan ekonomi di kuartal II dan IV atau semester II,” jelasnya saat rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Untuk tahun depan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi membaik antara 4,5 hingga 5,5 persen. Hanya saja hal itu bisa dicapai jika pemulihan ekonomi bisa dilakukan mulai semester II tahun ini dan berlanjut hingga 2021.
“Untuk 2021 kita masih di kisaran 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen sesuai dengan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) yang disampaikan ke DPR,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post