ASIATODAY.ID, JAKARTA – Association of Southeast Asian Nations atau Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) merayakan hari jadi ke-53 tahun pada Sabtu (8/8/2020) hari ini.
Berbagai dinamika dan tantangan global harus dihadapi oleh Indonesia termasuk 10 negara Asia Tenggara lainnya.
Perubahan geopolitik global yang sangat cepat, kini harus dihadapi. Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, Korea Selatan dan Korea Utara di Semenanjung Korea, sangat mempengaruhi stabilitas ASEAN sebagai wilayah netral.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi memandang ASEAN memainkan peran kunci sebagai lokomotif dalam menjaga perdamaian kawasan.
“Selamat hari jadi ASEAN, Banyak hal telah dicapai ASEAN selama 53 tahun ini,” kata Menlu Retno Marsudi, dalam keterangan pers virtual, di Jakarta.
“ASEAN telah dapat berperan sebagai lokomotif dan memegang peran sentral dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan. Perdamaian dan stabilitas inilah yang membawa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara lebih baik dari rata-rata pertumbuhan dunia,” imbuh Menlu Retno.
ASEAN juga terus memainkan peran sentralnya dalam kerja sama Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific. Namun perjalanan ASEAN tidak selalu mulus.
“Ke depan tantangan yang akan dihadapi ASEAN akan lebih berat. Ditengah terjadinya rivalitas negara besar; ditengah upaya untuk mengelola pandemi Covid-19; dan dampak sosial ekonominya di kawasan,” imbuhnya.
Walaupun demikian, Retno meyakini, semua tantangan tersebut akan lebih mudah dikelola apabila: ASEAN dapat terus mempertahankan persatuannya dan dapat mempertahankan kawasan Asia Tenggara terus menjadi kawasan damai dan stabil.
Untuk itu, di tengah situasi yang penuh tantangan ini bagi Indonesi sangat penting bagi ASEAN untuk terus menjalankan apa yang telah ditekadkan dalam Deklarasi Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) di tahun 1971.
“Selain itu bagi Indonesia, Treaty of Amity and Cooperation (TAC) 1976 menjadi lebih penting artinya dan penting untuk terus dihormati oleh semua negara pihak (high contracting parties),” tegas Menlu
TAC hingga saat ini telah diakses oleh 40 negara, termasuk Amerika Serikat, China, India, Australia, Jepang, Korea Selatan.
Keberadaan ASEAN bisa menjadi contoh multilateralisme masih bisa diandalkan dalam menyelesaikan perdebatan. Di saat negara besar yang menerapkan unilateralisme dalam menghadapi konflik internasional, ‘ASEAN Way’ bisa memberikan secercah harapan dalam dinamika hubungan internasional. (ATN)
Discussion about this post