ASIATODAY.ID, DENPASAR – Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) secara perlahan mulai menghidupkan kembali industri pariwisata yang sempat terpukul akibat pandemi Covid-19.
Sebagai salah satu destinasi wisata di Asia dan dunia, Bali secara perlahan mulai menunjukkan kebangkitan di era New normal.
Yang terbaru, otoritas di Bali mulai menghidupkan kembali pertunjukan Tari Kecak, sebuah atraksi kebudayaan yang digemari oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Manager Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu Bali I Wayan Wijana mengungkapkan, pertunjukan yang melibatkan 70 penari ini dilakukan dengan penerapan protokol Covid-19 yang ketat.
Para aktor diwajibkan menggunakan masker dan tidak perlu lagi mengenakan topeng, sedangkan bagi penari perempuan menggunakan face shield. Dari sisi penonton hanya diperbolehkan sebanyak 500 orang, sebagai standar physical distancing.
“Jumlah penonton kami kurangi, jika biasanya mencapai 1.200 orang saat ini kami batasi menjadi 500 orang saja,” jelas Wijana di kawasan Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, Sabtu (22/8/2020).
Menurut Wijana, pertunjukan tari kecak ini mulai dibuka kembali pada September 2020. Pihaknya optimis, dengan kembali digelar akan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Uluwatu.
Sebelum pandemi Covid-19 saat low season jumlah pengunjung dapat mencapai 5.000 kunjungan, middle season mencapai 8.000 kunjungan dan saat high season mencapai 12.000 kunjungan perharinya. Dengan tipikal kunjungan yakni 70 persen wisatawan global dan 30 persen wisatawan nusantara.
Untuk harga tiket, Wijana menegaskan tidak ada perubahan sama seperti harga normal dimana untuk wisatawan mancanegara Rp50.000 dan wisatawan domestik Rp30.000, sedangkan khusus untuk menonton Tari Kecak dikenakan tarif per orang Rp150.000.
Lebih jauh Wijana mengungkapkan, untuk transaksi, di objek wisata kawasan luar Uluwatu sudah menggunakan sistem digital sedangkan semua pedagang menerapkan pembayaran non tunai dengan QRIS Bank BPD Bali. Fasilitas kesehatan juga tersedia termasuk klinik.
“Dengan semua fasilitas yang tersedia disertai penerapan protokol kesehatan yang maksimal, kami harap para wisatawan tidak lagi takut untuk datang ke Uluwatu,” imbuhnya.
Sementara itu, Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan di tengah pandemi COVID-19 ini penggunaan pembayaran digital QRIS dinilai sebagai media yang tepat untuk bertransaksi. Hal ini juga diharapkan dapat mempercepat kebangkitan perekonomian Bali.
“Pola wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru telah berubah. Wisatawan cenderung mencari layanan yang menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak dan menghindari kontak fisik secara langsung. Dengan adanya QRIS, wisatawan dapat berkunjung secara aman dan nyaman,” kata Wayan Koster.
Wayan Koster juga mengatakan dalam menangani upaya pemulihan pandemi COVID-19 seluruh pemangku kepentingan, pelaku pariwisata dan masyarakat diharapkan dapat menerapkan protokol kesehatan dengan benar, disiplin dan komitmen, serta memiliki rasa tanggung jawab.
“Jika hal ini dijalankan dengan benar, saya berharap pada triwulan IV sektor pariwisata di Bali sudah lebih membaik dari yang sekarang. Sehingga di tahun 2021, Bali sudah positif atau menjadi zona hijau secara keseluruhan,” kata Wayan Koster. (ATN).
Discussion about this post