ASIATODAY.ID, BEIJING – Pertentangan geopolitik dunia kian menajam. Setelah AS dan sekutunya menentang segala klaim China di Laut China Selatan, kini giliran China yang bermanuver.
China mengajak Rusia dan sekutunya untuk melawan pengaruh Amerika Serikat (AS)
“Mereka (AS dan sekutu) bahkan memaksa negara-negara untuk memilih sebagai bagian dari upaya mereka untuk melancarkan apa yang disebut Perang Dingin baru,” kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
“Saat dunia memasuki periode turbulensi dan perubahan, hubungan China-Rusia yang kuat memiliki arti yang lebih besar dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan regional dan dunia,” kata Wang Yi dikutip dari Washington Examiner, Jumat (18/9/2020).
Diplomat senior China itu berbicara setelah melakukan tur diplomatik melalui Asia Tengah, Mongolia, dan Rusia, dimana dia berpartisipasi dalam pertemuan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Seruan untuk membangun aliansi keamanan ini merupakan upaya nyata untuk memperkuat salah satu kelemahan utama China dalam hal bersaing dengan AS.
“Salah satu keuntungan terbesar yang kami miliki adalah jaringan aliansi dan kemitraan kami yang kuat,” kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper.
“Mereka hampir tidak punya, dan kami punya banyak,” sambungnya.
Kemerosotan inisiatif diplomatik China terlihat di Moskow minggu lalu selama pertemuan SCO.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut majelis itu sebagai penyeimbang bagi “rekan Barat”, yang dia anggap mencari dominasi dalam urusan global. Namun pertemuan itu lebih diwarnai oleh negosiasi untuk menyelesaikan sengketa perbatasan antara China dan India daripada upaya kolektif untuk melawan ancaman Barat.
“Fakta bahwa ada tingkat persaingan yang cukup tinggi antara India dan China bukanlah ilmu roket; semua orang tahu itu,” kata Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar pada awal bulan ini, sebelum pertemuan SCO.
“Fakta bahwa ada elemen persaingan antara India dan China, dan bahwa kami memiliki sejarah yang sulit, sejarah baru-baru ini, bukanlah rahasia bagi siapa pun,” tambahnya.
Perjalanan Wang ke dua negara, Mongolia dan Kazakhstan, dimana masing-masing telah menjadi tuan rumah bagi Esper dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Utusan China, setelah perjalanannya selesai, menuduh bahwa para pejabat Amerika berusaha untuk memicu pemberontakan terhadap pemerintah di wilayah tersebut.
“Perjalanan Wang adalah bagian dari upaya China untuk memperbaiki dan mempertahankan hubungan dengan negara tetangga kami dalam upaya untuk menghindari isolasi lebih lanjut,” kata analis Akademi Ilmu Sosial Shanghai Li Lifan kepada South China Morning Post. (ATN)
Discussion about this post