ASIATODAY.ID, MINSK – Gelombang revolusi pasca Pemilu di Belarusia terus menggema dan kini telah memasuki pekan ketujuh.
Pada Minggu (27/9/2020), ribuan orang kembali turun ke jalan menyuarakan revolusi.
Sayang, aksi ini diwarnai penangkapan para demonstran oleh Kepolisian Belarusia.
Menurut laporan sejumlah grup hak asasi manusia, lebih dari 50 orang ditangkap dalam aksi protes terbaru di Belarusia itu.
Demonstrasi di Belarusia meletus sejak berakhirnya pemilihan umum presiden pada Agustus lalu. Para pengunjuk rasa menuding Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah berbuat curang dan memintanya untuk segera turun dari jabatan.
Komisi Elektoral Belarusia menyatakan Lukashenko sebagai pemenang pilpres dengan meraih 80 persen suara, sementara capres oposisi Svetlana Tikhanovskaya hanya 10,12 persen.
Kubu oposisi menuding adanya kecurangan, dan mengklaim seharusnya Tikhanovskaya meraih 60 hingga 70 persen suara.
Dikutip dari BBC, rekaman video memperlihatkan jajaran kepolisian menyemprotkan sejenis cairan ke wajah sejumlah demonstran. Aksi protes terbaru di Belarusia ini merupakan demo hari ke-50 sejak 9 Agustus lalu.
Polisi menggunakan gas air mata dan juga granat kejut dalam membubarkan demonstrasi di kota Gomel sepanjang akhir pekan. Aparat mengaku terpaksa menggunakannya karena sejumlah pengunjuk rasa “membangkang” saat diminta membubarkan diri.
Namun media lokal memperlihatkan polisi menyemprotkan cairan secara langsung ke wajah demonstran. Banyak dari pengunjuk rasa perempuan bergerak mundur sembari berteriak, “fasis!”
Sementara itu di ibu kota Minsk, polisi antihuru-hara menyeret sejumlah orang dari kerumunan dan menggiring mereka ke mobil van. Penangkapan massal ini merupakan salah satu tindakan represif pemerintahan Lukashenko yang dikecam sejumlah negara dan organisasi internasional, termasuk Uni Eropa.
Kemarahan demonstran Belarusia diperparah pelantikan periode keenam Lukashenko yang dilakukan secara diam-diam tanpa adanya sorotan media. Lukashenko, yang sudah 26 tahun berkuasa di Belarusia, pernah berkata bahwa dirinya menyadari sudah terlalu lama berkuasa. (ATN)
Discussion about this post