ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani menargetkan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) dapat menyerap investasi global senilai Rp300 triliun dengan kepemilikan dalam fund yang dibentuk INA 30 persen dan investor 70 persen.
Berdasarkan riset harian Kiwoom Sekuritas, Kamis (4/3/2021), dengan kepemilikan fund tersebut, maka diharapkan INA akan mampu menarik dana investasi, dimana dengan Rp 75 triliun yang sudah dimasukkan pemerintah, ditargetkan Rp 300 triliun akan bisa menjadi partner dari INA.
Sri Mulyani juga berharap, INA dapat mendesain transaksi yang bisa meningkatkan optimalisasi aset di Indonesia. Dia menyebutkan bahwa INA dibentuk untuk fokus mengoptimalkan dan menarik investasi serta kerja sama dari berbagai pengelola keuangan luar negeri.
Maka demikian, diharapkan INA bisa menambah kemampuan untuk menambah modal bagi pembangunan tanpa meningkatkan risiko utang, belajar dari cara kerja yang merupakan best practice di seluruh dunia, meningkatkan valuasi dari aset-aset negara, dan meningkatkan kinerja dan manfaat aset yang akhirnya akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat.
Di sisi lain, aktivitas sektor jasa di China mengalami pertumbuhan lambat dalam kurun waktu 10 bulan pada Februari 2021. Hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang berjuang menghadapi permintaan yang lesu dan biaya tinggi yang membuat perusahaan terpaksa memangkas pekerjaan.
Hal tersebut juga terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Caixin/Markit yang turun menjadi 51,5, terendah sejak April 2020.
Pada bulan Januari lalu, PMI tersebut masih ada di level 52,0. Walau tetap berada di atas angka 50, yang menjadi jurang pemisah antara pertumbuhan dan kontraksi tiap bulannya, tetapi ini tetap jadi penurunan pertama dalam 10 bulan terakhir.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan tumbuh 1,2 persen dalam skala triwulanan dalam tiga bulan terakhir tahun 2020. Konsumsi swasta menyusut 1,5 persen, sementara pengeluaran pemerintah turun 0,4 persen.
Kemudian, investasi tetap bruto rebound 2,6 persen menyusul penurunan 1,4 persen, didorong lebih tinggi oleh ekspansi konstruksi 6,5 persen. Di sisi perdagangan, ekspor tumbuh 5,4 persen dan impor 2,2 persen.
Dalam skala tahunan, PDB berkontraksi 1,2 persen setelah penurunan 1,1 persen di kuartal sebelumnya. (ATN)
Discussion about this post