ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan Australia merupakan negara dengan cadangan bijih nikel terbesar di dunia.
Nikel merupakan komponen utama dari baterai dan diperkirakan penggunaan baterai dunia akan terus meningkat.
Dengan fakta tersebut, Indonesia dan Australia dapat memanfaatkan cadangan nikel yang dimiliki untuk menjadi pusat produksi baterai global.
Semangat itu terungkap dalam Indonesia-Australia Senior Economic Officials Meeting (SEOM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 14 Desember 2021.
Sebagai anggota G20, Indonesia dan Australia dipandang penting untuk memperkuat semangat kebersamaan untuk menghasilkan agenda yang mengedepankan inklusivitas, berorientasi pada tindakan, dan langkah-langkah konkrit.
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan menghasilkan outcome utama berupa Strategi Komprehensif G20 untuk Pemulihan Global yang terdiri atas tiga topik utama yaitu Global health architecture, Economic transformation through digitalization, dan Energy transition.
Program transisi energi yang saat ini sedang dilakukan dalam mewujudkan karbon netral pada 2060, Indonesia memiliki 156 proyek Clean Development Mechanism (CDM) yang terdaftar di UNFCCC, pertumbuhan pesat Proyek Verified Carbon Standard (VCS), proyek Join Credit Mechanism (JCM) terbanyak di dunia, Gold Standard sebagai skema kredit baru (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap), serta skema Plan Vivo yang sangat menarik bagi pengembang proyek karbon berbasis hutan masyarakat.
Kedua negara memiliki kesamaan tujuan dalam mendorong proses transisi energi dari bahan bakar fosil menuju energi baru dan terbarukan (EBT) serta teknologi rendah emisi.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kolaborasi yang intens antara kedua negara dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing.
Pada periode Januari-September 2021, realisasi investasi untuk sektor diluar minyak, gas dan keuangan Australia di Indonesia mencapai nilai USD45.1 miliar, 73,3% melebihi target 2021.
Kerjasama Energy transition juga merupakan tindak lanjut dari Joint Statement on Cooperation on the Green Economy and Energy Transition Presiden RI dan Perdana Menteri Australia, 30 Oktober 2021 di Roma.
Joint Statement tersebut juga mempertegas peran IA-CEPA untuk mendukung pencapaian green economy dan energy transition, dan mencatat opportunities to enhance cooperation yang termasuk diantaranya pemanfaatan program IA-CEPA ECP Katalis untuk mengembangkan electric vehicle business partnerships, termasuk dukungan untuk mengembangkan sektor manufaktur critical minerals.
“Kita harus menjaga momentum kerja sama ekonomi ini dan benar-benar membangun kerja sama Indonesia-Australia sebagai “economic powerhouse” bagi kawasan Indo Pasifik”, tegas Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani.
Pada kesempatan tersebut juga dilaksankan pembahasan ratifikasi RCEP, AANZFTA Upgrading, dan implementasi kerja sama di bidang ketenaga kerjaan (MoU Skill Exchange, MoU Workplace-based Training, dan Agricultural Worker Visa).
“Dalam beberapa tahun belakangan, Australia dan Indonesia telah menyaksikan capaian-capaian besar dalam hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi, terutama dengan terbentuknya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). Pertemuan ini merupakan kesempatan terbuka bagi kedua negara untuk membangun capaian tersebut guna menciptakan peluang pertumbuhan baru bagi kedua negara. Australia penuh harap atas Kepemimpinan G20 Indonesia dan mendukung upaya untuk mempromosikan pemulihan ekonomi global,” kata Dubes Australia untuk Indonesia, Penny Williams.
Para pejabat senior yang turut hadir pada the 2nd Indonesia-Australia SEOM yang dilaksanakan virtual tersebut diantaranya Plt. Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Dr Edi Prio Pambudi sebagai pimpinan Delegasi RI, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi, Riyatno, Duta Besar RI di Canberra, Siswo Pramono dan Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Ni Made Ayu Marthini. Delegasi Australia diwakili oleh Associate Secretary, The Department of Foreign Affairs and Trade, Tim Yeend, Deputy Secretary, Economy, Industry and G20 Sherpa, Department of the Prime Minister and Cabinet, Simon Duggan, Deputy Secretary for Macro-Economic and G20 Finance Deputy, The Treasury, Luke Yeaman, Ambassador of Australia in Indonesia, Penny Williams, dan First Assistant Secretary and Chief Trade Negotiator, Regional Trade Division, Elisabeth Bowes. (ATN)
Discussion about this post