ASIATODAY.ID, BERN – Putra sulung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, dilaporkan hilang di Bern, Swiss, setelah berenang di sungai Aare pada Kamis (26/5/2022).
Hingga kini, jejaknya masih misterius. Upaya pencarian sedang dilakukan oleh Kepolisian dan SAR setempat.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil langsung terbang dari Inggris menuju Swiss setelah mendapatkan kabar tersebut.
“Gubernur mendapatkan kabar dari keluarga atas hilangnya Emmiril Khan Mumtadz pada Kamis, tanggal 26 Mei 2022. Setelah menerima kabar tersebut Gubernur Jawa Barat menuntaskan acara di Inggris dan berangkat langsung ke Swiss,” kata Perwakilan Kepala Biro Pimpinan Provinsi Jawa Barat, Akhmad Abu Uwais, Jumat (27/5/2022).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil bersama delegasi Pemprov Jabar berada di Inggris dalam rangka memenuhi undangan dari berbagai pihak baik di Italia dan inggris. Beberapa kegiatan di Italia, antara lain, melakukan opening off acc dan round table serta di undang Vatikan.
Sedangkan kunjungan ke Inggris karena diundang dalam rangka kerja sama energi terbarukan, penjajakan sistem province, industri kreatif serta pertemuan dengan beberapa kampus dalam program join campus.
Berbahaya
Sungai Aare memang menjadi destinasi yang kerap dikunjungi oleh wisatawan dan ekspaktriat saat memasuki musim panas. Para pekerja kantoran di Jenewa, Basel, Bern, Zurich dan di tempat lain selalu menghabiskan istirahat makan siang mereka di pemandian sungai atau danau dan kembali untuk berenang dingin setelah bekerja.
Namun, aktivitas ini bisa menjadi sangat berbahaya, terutama bagi warga asing yang belum pernah berenang di sini sebelumnya.
Korban tenggelam di danau dan sungai Swiss musim panas tahun lalu lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Menurut Swiss Life Saving Society, kurangnya penjaga pantai yang terlatih dan musim hujan menjadi penyebab sungai-sungai di Swiss lebih berbahaya.
Dikutip dari Swissiinfo.ch, sejak Januari-Agustus 2021, sebanyak 44 orang meninggal akibat kecelakaan saat berenang. Meski masih pertengahan tahun, tetapi jumlah itu sama dengan total korban tenggelam sepanjang tahun sebelumnya.
Adapun perincian korban adalah 23 meninggal di sungai, dan 12 di danau. Sisanya meninggal di kolam renang.
SLSS memperingatkan bahwa banyak kecelakaan terjadi karena perenang mengabaikan rekomendasi keselamatan. Namun cuaca hujan di bulan Juli juga berperan. Pada saat cuaca akhirnya menjadi panas di akhir Juli, sungai-sungai di Swiss penuh, deras dan berbahaya.
SLSS mengatakan perenang juga terancam oleh kurangnya penjaga pantai atau sungai. Direktur SLSS, Daniel Frei, mengatakan kepada Swissinfo tahun lalu bahwa banyak pemerintah daerah “kehabisan dana atau kesulitan menemukan penjaga pantai yang profesional dan terlatih. Banyak pemandian umum telah mengurangi jumlah penjaga pantai yang dipekerjakan,” katanya.
“Tidak mungkin untuk berpatroli di semua danau dan sungai di Swiss,” kata Herbert Benz, kepala unit polisi sungai Basel kepada Swissinfo, Agustus lalu.
Swiss Lifeguard Association (SLRG) juga sudah mengeluarkan flyer dalam 10 bahasa dan peraturan mengenai berenang di sungai-sungai dan danau, pada khususnya untuk warga asing.
Menanggapi jumlah kecelakaan yang terjadi di perairan dan melibatkan warga negara asing, SLRG mengintensifkan pekerjaan pencegahan di daerah tertentu. Di sinilah kerja sama antara Kota Bern dan SLRG berperan. Sejak 2016 apa yang disebut ‘pendukung lido’ telah beredar di beberapa kolam renang kota dan lido.
Tugas mereka adalah menjembatani hambatan bahasa dan menarik perhatian rekan-rekan senegaranya kepada adat istiadat setempat dan perilaku yang terkait dengan keselamatan di tepi air. (ATN)
Discussion about this post