ASIATODAY.ID, NEW YORK – Pertumbuhan ekonomi di pasar negara berkembang telah menjadi kunci yang menopang ekonomi global pada saat negara-negara maju terancam melambat.
Di saat Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terlibat perang dagang, justru negara-negara di Asia terpantau mampu menumbuhkan perekonomiannya.
Mantan Wakil Presiden Bank Dunia Ian Goldin menilai ekonomi domestik AS menikmati ‘rasa manis’ sebagai hasil dari stimulus fiskal, seperti pemotongan pajak yang diperkenalkan oleh Presiden AS Donald Trump. Tetapi, dia mencatat, kekuatan yang mendasari ekonomi AS sebagian besar berasal dari pasar luar negeri.
“Pasar negara berkembang tumbuh dan rata-rata lebih dari 4,5 persen dan itu menarik ekonomi dunia. Tiongkok dan negara-negara berkembang di Asia berada di garis depan pertumbuhan itu,” kata Goldin yang saat ini merupakan Profesor Oxford, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (14/9/2019).
Ia berharap, pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia yakni Tiongkok tetap kuat di angka enam persen pada dekade berikutnya. Sedangkan di sekitar pasar negara berkembang diharapkan pula mencerminkan kondisi tersebut. Hal itu menjadi penting karena bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Saya pikir kita melihat penyeimbangan kembali, penyeimbangan sejarah. Pusat gravitasi jelas pindah ke Asia. Ini hal yang baik. Kita akan memiliki lebih banyak pertumbuhan global di tempat yang dibutuhkan, di negara-negara berkembang,” tegasnya.
Menurutnya pergeseran itu akan membuat ekonomi global lebih tangguh daripada di masa lalu. Artinya ketika negara maju seperti AS terkena perlambatan maka tidak memberikan efek lebih dalam dan meluas ke negara lain di dunia. “Ketika AS terkena flu, seluruh dunia tidak lagi terkena demam,” kata Goldin.
Meski demikian, kondisi itu bukan berarti membuat ekonomi AS kebal terhadap perlambatan ekonomi di masa mendatang.
“Bahkan, semakin dalam semakin rentan. Saya pikir ekonomi AS akan menderita secara dramatis sebagai akibat dari ini (proteksionisme), tidak terkecuali mereka yang memilih Presiden Trump,” tuturnnya.
Sebelumnya, mantan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Carlos Gutierrez menilai adanya petunjuk mengenai putaran berikutnya perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat menghasilkan beberapa terobosan memunculkan sedikit optimisme. Tentu ada harapan agar perang dagang yang sedang terjadi bisa segera terhenti.
Adapun tensi dagang kembali meningkat di September ini lantaran kedua negara saling mengenakan tarif tambahan pada barang impor masing-masing. Kondisi itu yang membuat banyak analis dan ekonom menurunkan harapan mereka bahwa AS dan Tiongkok dapat mencapai kesepakatan perdagangan dalam beberapa bulan mendatang.
Tetapi setelah kedua belah pihak kembali sepakat untuk bertemu pada awal Oktober di Washington untuk membahas perdagangan, Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin mengatakan melalui cuitan di Twitter bahwa kemungkinan ada lebih banyak terobosan. Akun Twitter Hu secara luas mengikuti perkembangan tentang perang dagang. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post