ASIATODAY.ID, BERLIN – Ratusan Indonesianis sekaligus peneliti dari berbagai negara menghadiri Konferensi ke-10 European Association for Southeast Asian Studies (EuroSEAS). Konferensi ini telah diselenggarakan di Universitas Humbold, Berlin, pekan lalu.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, mengundang mereka pada acara resepsi yang berlangsung di KBRI Berlin.
Dubes Oegroseno menyebutkan bahwa peran para peneliti peserta Euroseas ini sangat besar. Mereka merupakan motor untuk membantu memberikan pemahaman kepada publik di Eropa tentang potensi sebenarnya yang dimiliki Indonesia serta negara-negara Asia Tenggara pada umumnya.
“Dari pengamatan saya, publik Eropa melihat Indonesia atau Asia Tenggara secara keseluruhan belum pada potensi yang sesungguhnya. Perhatian mereka masih terkonsentrasi di Tiongkok,” jelas Dubes Oegroseno, dalam keterangan tertulis KBRI Berlin yang diterima asiatoday.id, Selasa (17/9/2019).
Ia menjelaskan, Produk Domestik Brutol (PDB) negara anggota ASEAN saat ini mencapai USD2,8 triliun. ASEAN memiliki populasi sekitar 650 juta dengan daratan yang luasnya lebih dari 1,7 mil persegi. Selain itu, situasi politik negara-negara ASEAN juga cukup stabil.
Pada acara resepsi yang dihadiri sekitar 90 Indonesianis dan Dubes dari negara anggota ASEAN ini, Dubes Oegroseno juga menceritakan tentang perkembangan hubungan bilateral Indonesia dan Jerman. Ia menjelaskan bahwa Indonesia akan menjadi Partner Country Hannover Messe 2020 mendatang.
Prof. Vincent Houben dari Universitas Humbold, yang juga sebagai penyeleggara Konferensi EuroSEAS mengapresiasi fasilitasi KBRI Berlin untuk penyelenggaraan resepsi para Indonesianis ini. Ia menyebutkan bahwa hal tersebut sejalan dengan apa yang ingin dicapai dari penyelenggaraan Konferensi EuroSEAS tersebut.
“Justru ini adalah salah satu tujuan utama kita menyelenggarakan Konferensi EuroSEAS. Tahun ini 700 peneliti dari seluruh penjuru dunia hadir, dan merupakan jumlah terbanyak sepanjang sejarah konferensi EuroSEAS. Kita ingin mendorong supaya para peneliti dapat mempertajam penelitian mereka melalui dialog dan interaksi langsung dengan sebanyak mungkin peneliti dari Asia Tenggara. Dan salah satu yang terpenting di antaranya adalah Indonesia. Mereka yang lebih mengerti realita dan kondisi yang sebenarnya,” ujar Prof. Houben.
Annisah Smith, peneliti dari Universitas Malaya, Malaysia sempat menanyakan tentang isu kelapa sawit. Ia menyebutkan bahwa sentimen anti sawit yang digemborkan Uni Eropa sangat berdampak terhadap Indonesia dan Malaysia. Menanggapi hal ini. Dubes Oegroseno menjelaskan bahwa isu sawit di Eropa sangat kental muatan politisnya. Sikap Eropa ini justru dinilai sebagai bentuk diskriminasi terhadap produsen sawit di Asia Tenggara.
“Saat ini terdapat 12 juta ton sawit berkelanjutan. Namun EU hanya butuh 5 ton. Secara matematis sikap anti sawit dan alasan sawit tidak berkelanjutan menjadi tidak masuk akal,” jelasnya.
Di acara resepsi ini, Dubes Oegroseno juga mengajak para tamu yang hadir untuk mengheningkan cipta, mendoakan arwah Presiden RI ke-3, Prof. Dr. Ing BJ Habibie. Usai acara pembukaan, para peneliti saling berbincang dan bertukar pikiran sambil menikmati kuliner Indonesia yang disediakan KBRI Berlin.
Indonesianis adalah istilah bagi warga negara asing yang melakukan penelitian terhadap berbagai hal terkait Indonesia. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post