ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dan Singapura sepakat melanjutkan kerja sama pengembangan pendidikan vokasi. Upaya ini untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten, terutama dalam kesiapan menghadapi era industri 4.0.
“Kami ingin program yang sudah terlaksana pada tahun lalu dan tahun ini masih bisa dilanjutkan. Bahkan, jumlah pesertanya kami targetkan lebih banyak lagi,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Eko S.A. Cahyanto melalui keterangan tertulis, Jumat (19/9/2019.
Tahun ini Kemenperin telah memfasilitasi pelatihan kepada kepala sekolah dan guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Institute of Technical Education (ITE) Singapura. Upaya ini sebagai tindak lanjut dari program pendidikan yang link and match antara SMK dengan industri di sejumlah daerah.
“Pelatihan tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kemenperin dengan Temasek Foundation dan ITE Educational Service (ITEES) dalam rangka merevitaliasi SMK yang dilakukan Kemenperin,” jelasnya.
Dalam implementasinya, ITEES sudah melatih 74 guru produktif SMK untuk pelatihan bidang pendidikan teknik dan vokasi (TVET). Pesertanya mendapatkan program peningkatan keterampilan teknis di bidang teknik mesin, teknik listrik, dan otomasi industri.
Selain itu, digelar pula program lokakarya pelatihan kepemimpinan untuk 25 kepala sekolah SMK untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan perangkat manajemen sekolah kejuruan untuk mengelola unit TVET di Indonesia secara profesional.
“Ke depannya, kami ingin memanfaatkan Batam menjadi pusat pelatihan tersebut. Jadi, bisa sebagai supporting bagi industri-industri di sekitarnya, terutama yang berbasis teknologi tinggi,” terangnya.
Terlebih, kata Eko, di Batam memiliki kawasan yang fokus mengembangkan sektor andalan dalam penerapan industri 4.0 seperti perusahaan elektronika. Kehadiran fasilitas penyediaan SDM kompeten pun diyakini akan menjadi daya tarik bagi para investor yang ingin masuk.
“Misalnya, saat ini Batam menjadi pusat pertumbuhan industri smartphone di Indonesia,” ujar Eko.
Selain itu, Kemenperin juga akan memanfaatkan Bintan sebagai lokasi yang menjadi pusat pengembangan SDM penopang industri jasa pemeliharaan dan perbaikan (Maintenance, Repair, and Overhaul/MRO) pesawat di dalam negeri. Rencana memunculkan Politeknik untuk mendukung industri MRO juga terus didorong.
Sebelumnya, para investor Singapura terus diajak untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini disampaikan ketika Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Menteri Industri dan Perdagangan Singapura Chan Chun Sing di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Contohnya, mendorong Batam menjadi pengembangan klaster industri Singapura, karena mereka terbatas secara teritorial,” ungkapnya.
Lokasi lainnya yang akan dioptimalkan yakni Kawasan Industri Kendal, yang merupakan buah kerja sama antara Indonesia dan Singapura. Menurut Airlangga, kawasan tersebut sedang diusulkan menjadi kawasan ekonomi khusus.
“Bisa menjadi salah satu area untuk ekspansi industri di Semarang dan Kendal sekaligus sebagai export hub. Apalagi, akan ada klaster industri tekstil di Jawa Tengah,” ujarnya.
Menperin menambahkan saat ini sudah ada investor Tiongkok yang akan merelokasi pabrik tekstil ke Kawasan Industri Kendal. Langkah ini menjadi salah satu pionir terciptanya pertumbuhan industri baru.
“Kami berharap dapat memperkuat struktur industri di dalam negeri. Apalagi, tekstil menjadi sektor andalan dalam implementasi industri 4.0. Maka itu, kami juga dorong transfer teknologi permesinannya,” imbuhnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post