ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menandatangani akta perubahan dan pernyataan kembali sehubungan dengan perjanjian kerja sama definitif dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.
Dalam keterbukaan informasi, Selasa (28/2/2023), Vale Indonesia juga telah menandatangani perjanjian usaha patungan dan perjanjian pengambilan bagian saham dengan Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. dan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI).
Kedua penandatanganan tersebut dilakukan pada 27 Februari 2023. Hal itu dilakukan sehubungan dengan rencana penyertaan modal Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. di KNI.
Dengan demikian, Vale Indonesia akan mendapatkan investor baru dalam mengembangkan industri nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Penandatanganan tersebut tidak memberikan dampak informasi atau fakta material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha emiten.
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani Perjanjian Kerjasama Definitif bersama Zhejiang HuayouB20 Cobalt Co., Ltd (Huayou) pada Minggu, 13 November 2022 untuk memproses bijih nikel PT Vale dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebuah tonggak penting sebagai bagian dari rangkaian proyek.
Perjanjian yang ditandatangani pada Minggu bersamaan dengan acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20/G20 di Nusa Dua, Bali, merupakan bagian dari komitmen PT Vale untuk membangun portofolio proyek kelas dunia dan memperkuat penambangan berkelanjutan generasi berikutnya di Indonesia.
“Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa adalah landasan agenda pengembangan berkelanjutan PT Vale yang akan memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial di tingkat lokal dan nasional menuju masa depan,” ujar CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy dikutip dari keterangan tertulis dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (14/11/2022).
“Proyek ini merupakan bukti komitmen PT Vale terhadap praktik penambangan berkelanjutan yang selaras dengan prioritas B20 untuk memastikan transisi energi yang adil dan teratur,” ia menambahkan.
Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan menghasilkan hingga 120 kiloton nikel yang menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Kerja sama kami merupakan kombinasi sempurna antara keunggulan sumber daya mineral PT Vale dan keunggulan teknologi HPAL Huayou yang canggih untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral yang berkelanjutan,” jelas Ketua Huayou Chen Xuehua.
“Kami juga akan bekerja sama dengan PT Vale untuk memastikan pengadopsian dan penerapan praktik-praktik unggulan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG),” ia menambahkan.
Perjanjian ini terkait dengan nota kesepahaman (MoU) yang tidak mengikat dengan Huayou dan Ford Motor Company pada Juli 2022.
Kinerja Vale Indonesia
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$1,18 miliar atau sekitar Rp17,93 triliun (kurs Rp 15.206 per USD). Raihan itu naik 23,74 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD 958,17 juta.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi US$865,89 juta dari US$704,32 juta pada Desember 2021.
Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami pertumbuhan sebesar 26,01 persen yoy menjadi US$313,57 juta pada Desember 2022.
Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (17/2/2023), sepanjang tahun lalu PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan beban usaha sebesar US$19,73 juta, pendapatan lainnya US$1,29 juta, dan beban lainya US$23,09 juta.
Dari rincian itu, diperoleh laba usaha sebesar US$272,03 juta, naik 21,97 persen yoy. Pada periode yang sama, pendapatan keuangan tercatat sebesar US$10,69 juta dengan biaya keuangan US$6,9 juta.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$200,4 juta atau sekitar 3,05 triliun. Laba ini naik 20,87 persen dibanding posisi akhir 2021 sebesar US$165,8 juta.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan Desember 2022 tercatat sebesar US$2,66 miliar, naik dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar US$2,47 miliar. Terdiri dari aset lancar senilai US$989,8 juta dan aset tidak lancar US$1,67 miliar.
Liabilitas hingga Desember 2022 turun menjadi US$303,34 juta dari US$318,37 juta pada Desember 2021. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$175,04 juta dan liabilitas jangka panjang US$128,3 juta. Sementara ekuitas hingga akhir tahun lalu naik menjadi US$2,35 miliar dibanding Desember 2021 sebesar US$2,15 miliar. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post