ASIATODAY.ID, BRUSSELS – Uni Eropa menyerukan gencatan senjata di Afghanistan untuk meredakan ketegangan dan mendorong Amerika Serikat (AS) juga menyerukan hal serupa.
Seruan ini dikeluarkan bersamaan dengan kunjungan mendadak Menteri Pertahanan AS ke Kabul.
“Ini adalah saat yang tepat dan kesempatan yang tepat untuk melangkah lebih dari sekedar gencatan senjata. Perdamaian Afghanistan harus segera terwujud,” kata Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan Roland Kobia, dikutip dari AFP, Selasa (22/10/2019).
Namun, sejumlah pihak menilai perundingan AS dan Taliban Afghanistan tidak mencakup gencatan senjata yang komprehensif. Kekerasan demi kekerasan masih terus terjadi di Kabul dan sekitarnya.
“Fokusnya adalah bagaimana kita melihat bahwa kita harus mewujudkan gencatan senjata ini,” ungkap dia.
Menurut Kobia, gencatan senjata akan menjadi jaminan dan persiapan untuk pembicaraan damai AS dan Taliban.
Sementara itu, baru-baru ini terjadi ledakan bom di sebuah masjid di Kabul yang menewaskan 73 orang.
Ledakan di Desa Jawdara, Provinsi Nangarhar, itu terjadi pada Jumat 18 Oktober. Ledakan terjadi saat desa tersebut berusaha bangkit usai kelompok militan Islamic State (ISIS) memotong pasokan air bersih tahun ini.
Kelompok Taliban membantah bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengecam ledakan tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kejahatan serius.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk keras serangan tersebut. Juru bicara Guterres menegaskan perlu adanya penyelidikan lebih lanjut agar pelakunya dapat diseret ke hadapan hukum.
PBB juga menekankan perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah Afghanistan mengenai tingginya angka kematian warga sipil akibat berbagai serangan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post