• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Pertempuran Bisa Pecah, China Kerahkan Kapal Induk Shandong ke LCS

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
December 21, 2020
in News
3 min read
0
China Siap Hadapi Kekuatan Amerika di Laut China Selatan

Kapal Induk China, Shandong. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
57 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, BEIJING – Eskalasi konflik di Laut China Selatan (LCS) kian memanas. Pasalnya, sekelompok kapal perang China yang dipimpin kapal induk Shandong dilaporkan telah bergerak menuju Laut China Selatan melewati Taiwan pada hari Senin (21/12/2020).

Angkatan Laut China melaporkan bahwa perjalanan menuju Laut China Selatan merupakan bagian dari agenda latihan militer rutin mereka.

Kapal induk Shandong merupakan kapal induk kedua China, dan secara resmi ditugaskan hampir setahun yang lalu. Sejak saat itu, Shandong telah berhasil menyelesaikan tugas-tugas seperti lepas landas dan pendaratan pesawat berbasis kapal induk serta penggunaan senjata.

RelatedPosts

IPB University Dinobatkan Sebagai Perguruan Tinggi Terbaik di Asia Tenggara

Myanmar Terus Bergolak, 38 Orang Tewas dalam Protes Kudeta Militer

AS: China Ujian Paling Serius Stabilitas Global

PDIP Siap Jadi Tuan Rumah Dialog Partai Politik se-Asia Afrika

Indonesia Tenggelamkan 10 Kapal Vietnam dan Malaysia Pelaku Illegal Fishing

Latihan kali ini disebut untuk memaksimalkan koordinasi dalam formasi tempur di lapangan. Selama beberapa tahun terakhir China semakin rutin melakukan latihan di sektor ini demi mengejar ketertinggalan dari AS.

Tim kapal perang ini berlayar melintasi Selat Taiwan sehari setelah kapal perang AS transit di rute yang sama. Militer China mengatakan bahwa pihaknya mencoba membuntuti kapal AS tersebut.

Reuters melaporkan bahwa kapal Shandong serta kapal lainnya telah melewati Selat Taiwan dengan lancar pada hari Minggu (20/12). Pihak Taiwan sendiri sempat was-was mengingat wilayah selat tersebut memang cukup sensitif bagi kedua negara.

“Latihan militer ini merupakan bagian dari aturan normal yang dibuat berdasarkan rancana tahunan. Ke depannya, kami akan meneruskan untuk mengadakan operasi serupa berdasarkan kebutuhan pelatihan,” ungkap Angkatan Militer China, seperti dikuti Reuters.

Menanggapi pergerakan China, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa kapal induk Shandong berangkat ditemani oleh empat kapal perang dari pelabuhan Dalian di China Utara pada hari Kamis (17/12).

Taiwan kemudian mengirimkan enam kapal perang dan delapan pesawat milik angkatan udaranya untuk berjaga dan memantau sekelompok kapal perang China tersebut.

Ancaman Perang Terbuka

Organisasi penelitian China memperingatkan, ketegangan di Laut China Selatan dapat meningkat menjadi perang habis-habisan menjelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS.

“Kami masih percaya bahwa risiko konflik meningkat. Meskipun kurang disebutkan dalam laporan media akhir-akhir ini, selalu ada beberapa pertemuan dalam berbagai jenis dari kedua sisi setiap hari,” jelas Hu Bo, Direktur Pusat Penelitian Strategi Maritim China kepada Express.co.uk.

Dia juga menambahkan, jika AS dan China tidak dapat menemukan langkah-langkah manajemen krisis yang substantif, risiko kecelakaan atau konflik tak terduga akan tetap tinggi.

Hu Bo sebelumnya menyuarakan keprihatinan atas potensi konflik antara Washington dan Beijing. “Meskipun AS telah mencoba untuk memisahkan diri dari China di daerah lain, mereka masih berhubungan erat. Kemungkinan terjadinya konflik skala besar cukup kecil. Tapi konflik skala menengah atau kecil mungkin terjadi, seperti dua kapal perang yang saling bertabrakan atau sesekali baku tembak karena kapal perang dan pesawat kedua negara saling berhadapan,” paparnya.

Express.co.uk memberitakan, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, meminta negara lain untuk bekerja sama melawan dominasi China.

“Jika salah satu titik paling kritis dari rantai pulau pertama tidak berada di tangan negara-negara yang berpikiran sama, kita dapat membayangkan apa yang akan tercipta dalam gambaran strategis global. Kita pasti perlu memikirkan bagaimana kita mencegahnya terjadi,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Negara-negara yang berpikiran sama perlu bersatu, dan kita akan menjadi kuat bersama.”

Menteri Taiwan tersebut mengatakan kepada negara sekutu termasuk AS, Jepang, Australia dan kekuatan Eropa bahwa jika Taiwan menjadi mangsa China, itu akan meningkatkan jangkauan Beijing ke kawasan Pasifik.

Ketegangan antara China dan AS telah meningkat secara mengkhawatirkan selama beberapa bulan terakhir karena kedua negara meningkatkan kehadiran militer mereka di perairan yang disengketakan. China telah membangun pangkalan militer di beberapa wilayah tersebut.

Angkatan Laut AS mengeluarkan laporan yang memperingatkan China dan Rusia adalah “dua ancaman paling signifikan bagi era perdamaian dan kemakmuran global”.

Laporan itu, Advantage at Sea, mengatakan bahwa Beijing, bukan Moskow, yang menimbulkan risiko terbesar.

“Kami memprioritaskan persaingan dengan China karena kekuatan ekonomi dan militernya yang tumbuh, meningkatkan agresivitas, dan menunjukkan niat untuk mendominasi perairan regionalnya dan membentuk kembali tatanan internasional yang menguntungkannya,” demikian bunyi laporan tersebut.

Dalam laporan tersebut juga dituliskan, sampai China memilih untuk bertindak sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab daripada mengayunkan kekuatannya untuk memajukan kepentingan otoriternya, hal itu merupakan ancaman paling komprehensif bagi Amerika Serikat, sekutu AS, dan semua negara yang mendukung sistem yang bebas dan terbuka.

AS juga menilai, China telah menerapkan strategi dan pendekatan revisionis yang bertujuan di jantung kekuatan maritim Amerika Serikat.

“China berupaya merusak tata kelola maritim internasional, menolak akses ke pusat logistik tradisional, menghambat kebebasan laut, mengontrol penggunaan titik penghubung utama, menghalangi keterlibatan kami dalam sengketa regional, dan menggantikan Amerika Serikat sebagai mitra pilihan di negara-negara di seluruh dunia,” papar laporan tersebut seperti dikutip Express.co.uk. (ATN)

Tags: Indo PasifikLaut China Selatan
Previous Post

Indonesia dan Thailand Sepakati Penggunaan Rupiah-Baht untuk Perdagangan dan Investasi

Next Post

WHO Mulai Selidiki Varian Baru Covid-19 di Inggris

Related Posts

Misi Damai di Indo Pasifik, Prancis Kirim Lagi Kapal Perang ke Laut China Selatan
News

Misi Damai di Indo Pasifik, Prancis Kirim Lagi Kapal Perang ke Laut China Selatan

March 2, 2021
China Tutup Laut China Selatan, Gelar Latihan Militer Satu Bulan Penuh
News

China Tutup Laut China Selatan, Gelar Latihan Militer Satu Bulan Penuh

March 1, 2021
China Kerahkan Kekuatan Militer di Laut China Selatan
News

China Tambah Anggaran Militer, Rusia Kebanjiran Peminat Jet Tempur Siluman Su-57E

February 27, 2021
Respon AS, China Mobilisasi Pasukan Pengebom di Laut China Selatan
News

Respon AS, China Mobilisasi Pasukan Pengebom di Laut China Selatan

February 26, 2021
Militer Amerika dan Jepang Latihan Bersama di Laut China Selatan
News

Hadapi China, AS-Jepang Gelar Latihan Berteknologi Tinggi di Laut Asia Timur

February 24, 2021
China Bangun Sistem Latihan Militer Baru Hadapi Ancaman AS
News

China Bangun Sistem Latihan Militer Baru Hadapi Ancaman AS

February 23, 2021
Next Post
WHO: Amerika Selatan Kini Jadi Episentrum Baru Covid-19

WHO Mulai Selidiki Varian Baru Covid-19 di Inggris

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Indonesia dan Rusia Sepakat Capai Target Perdagangan Hingga USD5 Miliar
  • Atasi Pemanasan Global, Pemerintah di Dunia harus Tingkatkan Dana Emisi Karbon
  • Efek Covid-19, Lebih Seribu Perusahaan di Jepang Bangkrut
  • Investasi USD30 Juta, PAYFAZZ dan Xfers Bentuk FFG Garap Pasar Asia Tenggara
  • Indonesia Gagas Pembentukan Bank Emas
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.