ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia dipandang sebagai salah satu negara di Asia yang paling strategis untuk menjadi destinasi investasi bagi investor Eropa.
Posisi unggul Indonesia dalam konteks dinamika geo-politik, juga mampu memperkuat kemitraan strategis dengan kekuatan utama di Kawasan, khususnya China dan Amerika Serikat (AS).
Keunggulan Indonesia sebagai destinasi investasi asing juga ditunjang dengan mulai terwujudnya “abad Asia/Asian Century” yang jadikan kawasan Asia, khususnya Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global, termasuk paska kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Secara ekonomi, Asia berkontribusi lebih dari 50 persen pertumbuhan GDP dunia dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dalam kelompok negara G-20.
“ASEAN dan RCEP menjadikan kawasan ini semakin terintegrasi secara ekonomi”, ujar Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Mahendra Siregar dalam forum seminar Indonesia “Open for Business” yang bertema “Invest in Indonesia : Opportunities in Asia’s Economic Powerhouse” pada tanggal 25 Februari 2021.
Seminar ini membuka rangkaian kegiatan yang lebih fokus ke sektor prioritas sepanjang tahun 2021 yang diselenggarakan Ditjen Amerika dan Eropa Bersama-sama dengan BKPM dan kementerian terkait serta Perwakilan RI di Kawasan Eropa.
Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan rebound di tahun 2021 menjadi di atas 5 persen. Hal ini akan meningkat di tahun berikutnya akibat sentiment positif paska reformasi melalui penerbitan Omnibus Law dan 51 aturan pelaksanaannya.
“Pertumbuhan ekonomi ini didukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga, investasi, belanja pemerintah dan ekspor”, ujar Airlangga.
Berdasarkan indikator ekonomi ekonomi terakhir, terjadi perbaikan kegiatan industri, perbaikan indeks kepercayaan konsumen, peningkatan kredit usaha rakyat (KUR) yang diharapkan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam sektor ekonomi digital, terjadi pertumbuhan transaksi/pembiayaan melalui fintech dan peningkatan realisasi investasi sebagai respon positif atas kebijakan pemerintah.
4 pembicara utama dalam sesi panel adalah Chairman EU-ASEAN Business Council, Donald Kanak, CEO Siemens Indonesia, Prakash Chandran, Ketua KADIN Indonesia, Rosan P. Roeslani, dan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Prof. Dr. Danang Parikesit.
Dari diskusi sesi ini, tercatat beberapa perusahaan Eropa, semerti Siemen ternyata telah berada di Indonesia lebih dari 100 tahun dan masih memiliki komitmen untuk pengembangan bisnisnya di Indonesia.
Sebagai perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia targetkan menggandakan presentase investasi dari Eropa yang saat ini hanya 10 persen dari total investasi ke ASEAN.
“Salah satu strateginya adalah secara langsung targetkan sektor potensial, strategi marketing dan pendampingan,” ujar Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Ngurah Swajaya.
“Pemerintah menyadari hal ini. Oleh karena itu, Kemlu bersama BKPM mengambil inisiatif untuk menggandeng seluruh pemangku kepentingan untuk secara sistematis targetkan sektor potensial yang akan dilakukan sepanjang tahun 2021 didukung perwakilan RI di Eropa, sekalian memanfaatkan momentum positif yang terbangun sejak disahkannya UU Omnibus dan 49 aturan pelaksanaannya,” tambah Ngurah Swajaya.
Enam sektor prioritas yang disasar dan berpotensi untuk meningkatkan investasi ke Indonesia yaitu bahan kimia, e-commerce, elektronik, farmasi, infrastruktur, makanan dan minuman serta garmen.
Seminar virtual “Invest in Indonesia” dihadiri oleh lebih dari 575 investor dan investor potensial dari berbagai negara Eropa. Kegiatan ini akan diikuti kegiatan lanjutan dengan fokus pada sektor-sektor prioritas seperti di atas. (ATN)
Discussion about this post