ASIATODAY.ID, TEL AVIV – Di tengah gelombang protes komunitas internasional dan negara-negara Arab, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad melanjutkan rencananya untuk mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat mulai 1 Juli mendatang.
Banyak tokoh global mengecam rencana aneksasi di Tepi Barat, yang dinilai hanya akan menghancurkan harapan terwujudnya perdamaian antara Palestina dan Israel.
Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, dan juga Arab Saudi menentang keras rencana aneksasi Israel di Tepi Barat.
Melansir Washington Times, Senin (29/6/2020) pencaplokan dikhawatirkan dapat merusak Solusi Dua Negara (Two-State Solution) — skema yang dinilai komunitas global sebagai solusi terbaik dalam konflik berkepanjangan Palestina-Israel.
Palestina sejak lama berharap bahwa Tepi Barat, yang direbut Israel dari Yordania dalam perang Arab-Israel 1967, dapat menjadi bagian dari negara berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Selain negara-negara Arab, sejumlah anggota Uni Eropa juga mengecam rencana aneksasi Tepi Barat oleh Israel. UE pun mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Israel jika PM Netanyahu melanjutkan rencananya tersebut.
Sejumlah analis mengaku tidak akan terkejut jika PM Netanyahu melanjutkan rencana aneksasi. Mereka menilai PM Netanyahu merasa tenang-tenang saja karena mengetahui Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mendukungnya.
“Aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat merupakan langkah logis selanjutnya dari program jangka panjang pendudukan dan permukiman Israel,” kata Joshua Landis, kepala institut Center for Middle East Studies dari University of Oklahoma. (ATN)
Discussion about this post