ASIATODAY.ID, JAKARTA – Langkah Pemerintah Indonesia untuk menghentikan ekspor bijih Nikel tidak membuat khawatir PT Aneka Tambang Tbk. Pasalnya, larangan ekspor mineral itu hanya berdampak kecil terhadap pendapatan perseroan.
Menurut Direktur Utama PT Antam, Arie Prabowo Ariotedjo, komoditas nikel dan feronikel berkontribusi sebesar 29 persen terhadap total pendapatan perseroan dan dari jumlah itu, kontribusi bijih nikel hanya 7 persen.
“Disetop hanya berkurang 7 persen, jadi 22 persen masih oke,” ujarnya di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Dengan asumsi target pendapatan Rp30 triliun, Arie memandang larangan ekspor bijih nikel akan menghilangkan pendapatan perseroan sekitar Rp2 triliun. Nilai tersebut sekitar 6 sampai 7 persen dari target yang dibidik PT Antam tahun ini.
Wajar jika Antam tidak khawatir karena Antam memiliki portofolio produk selain bijih nikel. Komoditas lain yang berkontribusi terhadap pendapatan perseroan, di antaranya emas dan bauksit.
“Bauksit tidak terpengaruh, emas kami tingkatkan, sehingga akan mengkompensasi pendapatan yang hilang dari bijih bauksit. Jadi, margin akan tergantikan oleh emas, bauksit, dan feronikel,” paparnya.
Berdasarkan laporan Antam, penjualan bersih perseroan yang tidak diaudit mencapai Rp14,43 triliun pada semester I/2019. Nilai itu naik 22 persen dari Rp11,82 triliun periode yang sama tahun lalu. Secara detail, BUMN itu melaporkan penjualan yang tidak diaudit atau unaudited emas mencapai 15.741 kilogram (kg) pada semester I/2019. Realisasi tersebut tumbuh 14 persen dibandingkan dengan 13.760 kg per akhir Juni 2018.
Komoditas emas merupakan kontributor terbesar terhadap nilai penjualan unaudited Antam pada semester I/2019. Lini usaha itu menyumbangkan Rp9,61 triliun atau 67 persen dari total nilai penjualan Januari-Juni 2019.
Antam juga melaporkan penjualan unaudited feronikel mencapai 13.157 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada semester I/2019. Jumlah tersebut naik 5 persen dibandingkan dengan penjualan 12.579 TNi pada semester I/2018.
Dari sisi produksi, volume unaudited feronikel mencapai 13.017 TNi. Posisi tersebut naik 2 persen dari 12.811 TNi pada semester I/2018. Penjualan feronikel menjadi kontributor pendapatan terbesar kedua untuk total penjualan unaudited ANTM pada semester I/2019. Komoditas itu berkontribusi sekitar Rp2,31 triliun atau 16% dari total penjualan.
Pada semester I/2019, penjualan unaudited bijih nikel mencapai 3,90 juta wet metric ton (wmt). Posisi itu naik 103% dari 1,92 juta wmt pada semester I/2018. Volume produksi unaudited bijih nikel tercatat mencapai 4,79 juta wmt sepanjang Januari 2019 – Juni 2019. Pencapaian itu tumbuh dari 3,77 juta mwt pada semester I/2018.
PT Antam mengantongi pendapatan unaudited dari bijih nikel senilai Rp1,76 triliun pada semester I/2019. Nilai tersebut tumbuh sebesar 107% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post