ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China mulai mereda.
AS akan memberlakukan kembali pengecualian tarif untuk 352 produk asal China.
Sebelumnya, AS masih melanjutkan memberlakukan tarif terhadap 549 produk asal China pada tahun 2020 sejak dikenakan sanksi pada 2018 saat kedua negara memulai perang dagang.
Pengecualian tarif tersebut berakhir pada 2020, namun pemerintahan Presiden Joe Biden pada Oktober lalu mulai mengumpulkan masukan tentang barang mana saja dari 549 produk asal China yang memenuhi syarat untuk dikecualikan dari tarif.
Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengatakan, pengecualian tersebut berlaku kembali sejak Oktober tahun lalu hingga sepanjang 2022.
Produk yang dikecualikan itu mencakup berbagi impor China yang awalnya diperkirakan senilai USD370 miliar namun dipukul rata oleh mantan PresidenDonald Trump dengan tarif hukuman sebesar 7,5% hingga 25%.
Daftar yang dirilis USTR tersebut mencakup komponen industri seperti pompa dan motor listrik, suku cadang mobil dan bahan kimia tertentu, ransel, sepeda, penyedot debu dan barang konsumsi lainnya.
Shu Jueting, Juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan, keputusan AS itu akan menormalkan aliran perdagangan produk-produk tersebut.
Dia berharap hubungan perdagangan bilateral antar kedua negara akan kembali ke jalur normal.
Di tengah lonjakan inflasi dan tantangan terhadap pemulihan ekonomi global, kami berharap AS dapat menghapus semua tarif produk China sesegera mungkin untuk kepentingan mendasar konsumen dan produsen di China dan AS, kata juru bicara Shu Jueting dikutip Reutes, Jumat (25/3/2022).
Pemerintahan Trump awalnya memberikan lebih dari 2.200 pengecualian pada tarif untuk memberikan bantuan kepada industri dan pengecer tertentu. Sebagian besar diizinkan berakhir, tetapi 549 diperpanjang selama satu tahun dan itu berakhir pada akhir 2020.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai Oktober lalu meluncurkan tinjauan apakah akan mengembalikan 549 pengecualian tersebut sebagai bagian dari strateginya untuk menghadapi China dalam praktik perdagangannya.
Serangkaian pertemuan virtual dengan pemerintah China sejak itu menghasilkan sedikit peningkatan dalam kinerja China di bawah perjanjian perdagangan Fase 1 Trump dengan Beijing. (ATN)
Discussion about this post