ASIATODAY.ID, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) menyetujui paket penjualan persenjataan canggih senilai USD1 miliar ke Taiwan.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengumumkan telah memberi lampu hijau pada penjualan 135 rudal buatan Boeing, peralatan terkait, dan pelatihan ke Taiwan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya.
“Penjualan yang diusulkan ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerima untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan untuk mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel,” demikian pernyataan yang dikeluarkan Deplu AS, dilansir dari Associated Press, Kamis (22/10/2020).
“Penjualan yang diusulkan akan membantu meningkatkan keamanan penerima dan membantu dalam menjaga stabilitas politik serta keseimbangan militer dan kemajuan ekonomi di wilayah tersebut,” sambung pernyataan itu.
“Penerima akan dapat menggunakan sistem yang sangat andal dan efektif untuk meningkatkan efektivitas perang mereka sesuai kebutuhan, yang dapat melawan atau mencegah agresi dengan menunjukkan presisi terhadap target permukaan,” demikian pernyataa itu.
Sementara itu, seorang juru bicara Deplu AS mengatakan kepada CNN bahwa sesuai dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan, AS menyediakan barang dan layanan pertahanan Taiwan yang diperlukan untuk memungkinkannya mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai.
AS juga mempertahankan kapasitas untuk menolak upaya apa pun untuk memaksa atau bentuk paksaan lain yang akan membahayakan keamanan, sistem sosial atau ekonomi Taiwan.
“Taiwan bermaksud menggunakan dananya sendiri untuk pembelian ini yang jika disimpulkan, usulan penjualan sistem ini akan meningkatkan kemampuan pertahanan Taiwan,” kata juru bicara itu.
“Penjualan yang diusulkan sistem ini akan melawan ancaman modern ke Taiwan dengan meningkatkan jangkauan operasional dan kemampuan F-16 dan meningkatkan kemampuan artileri jarak dekat, menengah, dan jarak jauh Taiwan,” jelasnya.
Washington telah lama memberikan senjata ke pulau itu di bawah ketentuan Undang-Undang Hubungan Taiwan yang berusia 40 tahun, dan ada dukungan bipartisan untuk memasok senjata ke Taiwan.
“Amerika Serikat mempertahankan kepentingan yang tetap dalam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan menganggap keamanan Taiwan sebagai pusat keamanan dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas,” kata juru bicara Deplu AS.
“Kebijakan lama kami tentang penjualan pertahanan ke Taiwan tetap konsisten di tujuh administrasi AS yang berbeda, dan berkontribusi pada keamanan Taiwan dan pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” imbuhnya.
Telah terjadi peningkatan penjualan senjata ke Taiwan selama pemerintahan Trump karena AS semakin dekat dengan Taipei dan ketegangan meningkat dengan Beijing.
“Kami mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi yang ditujukan ke Taiwan dan untuk terlibat dalam dialog yang berarti dengan perwakilan Taiwan yang terpilih secara demokratis,” lanjut juru bicara itu.
Pemerintah AS sebelumnya menyetujui beberapa penjualan senjata besar ke Taiwan senilai total lebih dari USD13 miliar, termasuk puluhan jet tempur F-16, tank M1A2T Abrams, rudal anti-pesawat portabel Stinger, dan torpedo MK-48 Mod6.
Selain itu, pemerintah telah mengirim sejumlah pejabat tinggi ke Taiwan dalam beberapa pekan terakhir, termasuk Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar dan Keith Krach, Wakil Menteri Luar Negeri untuk pertumbuhan ekonomi, energi, dan lingkungan.
China menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak dan marah atas penjualan senjata AS sebelumnya ke pulau itu. Permasalahan Taiwan adalah satu dari sekian titik hotspot dalam hubungan AS dan China.
Keduanya telah bersitegang terkait masalah-masalah seperti perdagangan, Tibet, Hong Kong dan Laut China Selatan. (ATN)
Discussion about this post