ASIATODAY.ID, CANBERRA – Australia menggelontorkan dana sebesar USD580 juta untuk meningkatkan kapasitas empat pangkalan militer di utara dan memperluas latihan perang dengan Amerika Serikat (AS). Landasan udara di Northern Territory akan diperpanjang untuk mendukung pesawat yang lebih besar, jarak tembak dirombak, serta fasilitas pelatihan baru disiapkan untuk personel pertahanan dan marinir AS.
“Bekerja dengan Amerika Serikat, sekutu kami, dan tetangga Indo-Pasifik, kami akan terus memajukan kepentingan Australia dengan berinvestasi di Angkatan Pertahanan Australia,” kata Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison dikutip dari Al Jazeera, Rabu (28/4/2021).
“Fokus kami adalah mengejar perdamaian, stabilitas, dan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, dengan tatanan dunia yang mendukung kebebasan,” imbuhnya.
Peningkatan militer akan dimulai tahun ini dan selesai pada 2026. Kantor Perdana Menteri Australia tidak segera menanggapi permintaan komentar. Kedutaan Besar AS di Canberra juga tidak segera menanggapi permintaan komentar. Australia dan AS mengadakan latihan perang dua tahunan, yang selanjutnya dijadwalkan dimulai pada Agustus.
Australia juga diharapkan untuk mengikuti latihan militer multi-negara yang melibatkan AS, Inggris, Jepang, India, dan sejumlah negara lain.
Bersiap untuk perang
Biasanya, lebih dari 30 ribu tentara berpartisipasi dalam latihan di lepas pantai timur Australia. Salah satu pejabat keamanan paling senior Australia awal pekan ini mengatakan demokrasi liberal harus bersiap untuk perang. Sekretaris Departemen Dalam Negeri Australia Mike Pezzullo tidak merinci pemicu kenapa negaranya meningkatkan kapasitas pangkalan militer.
Namun sejumlah pengamat mengatakan langkah tersebut tidak lepas dari menyusul kemerosotan tajam hubungan Australia dan China serta meningkatnya ketegangan regional atas Taiwan. Hubungan antara Australia dan mitra dagang terbesarnya telah jatuh bebas selama setahun setelah pemerintah menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul virus korona, yang pertama kali muncul pada akhir 2019. Beijing sejak itu telah melakukan berbagai pembalasan perdagangan, termasuk memberlakukan tarif yang melumpuhkan jelai dan anggur Australia serta memblokir pengiriman batu bara.
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton pada Minggu mengatakan konflik antara China dan Taiwan tidak boleh diabaikan. Australia dan China juga berselisih soal Hong Kong, dengan Canberra menyatakan penentangannya terhadap undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan China di bekas koloni Inggris itu.
Tahun lalu, Morrison menangguhkan perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong dan memperpanjang visa untuk sekitar 10 ribu orang Hong Kong yang sudah berada di Australia karena kekhawatiran tentang dampak hukum. Ini juga memperingatkan warga Australia bahwa mereka mungkin berisiko lebih tinggi untuk ditahan atas dasar keamanan nasional yang didefinisikan secara samar-samar.
Baru-baru ini, pemerintah federal Australia membatalkan dua kesepakatan antara negara bagian Victoria dan China tentang Belt and Road Initiative, dengan alasan masalah keamanan nasional. Kedutaan Besar China mengutuk langkah Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne untuk memveto dua perjanjian yang ditandatangani oleh negara bagian Victoria sebagai provokatif dan mengatakan itu akan semakin merusak hubungan dengan Australia. (ATN)
Discussion about this post