ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kepolisian Belanda menangkap Tse Chi Lop, tersangka pemimpin sindikat narkoba Asia yang terdaftar sebagai salah satu buronan paling dicari di dunia.
Tse telah dibandingkan dengan raja narkoba Meksiko, Joaquin “El Chapo” Guzman.
“Tse seorang warga negara Kanada kelahiran China, ditahan atas permintaan polisi Australia, yang memimpin penyelidikan yang menemukan bahwa organisasinya mendominasi perdagangan narkoba Asia-Pasifik senilai USD70 miliar per tahun,” kata juru bicara polisi Belanda ,Thomas Aling.
Dia diperkirakan akan diekstradisi setelah menghadap hakim, kata Aling, seraya menambahkan bahwa penangkapannya oleh polisi nasional terjadi tanpa insiden di Bandara Schiphol Amsterdam.
“Dia sudah masuk dalam daftar paling dicari dan dia ditahan berdasarkan intelijen yang kami terima,” kata Aling, seperti dilansir Reuters pada Minggu (24/1/2021).
Polisi Belanda tidak dapat memberikan rincian tentang proses hukum dan tidak jelas apakah Tse memiliki pengacara. Pria berusia 57 tahun itu telah berpindah-pindah antara Makau, Hong Kong dan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Jeremy Douglas, perwakilan Asia Tenggara dan Pasifik untuk Kantor PBB urusan Narkoba dan Kejahatan pada 2019 mengatakan bahwa Tse Chi Lop berada satu level dengan El Chapo atau mungkin Pablo Escobar.
Sindikat yang diduga dia jalankan dikenal oleh anggotanya sebagai “The Company”. Penegak hukum juga menyebutnya sebagai “Sam Gor”,atau Saudara Nomor Tiga dalam bahasa Kanton, sebagai salah satu nama panggilan Tse.
Penggerebekan Narkoba di Filipina Tewaskan 13 Orang
Sementara di Filipina, 12 orang tewas dalam penggerebekan narkotika. Seorang polisi juga tewas dalam baku tembak, yang berlangsung di kota Sultan Kudarat di provinsi Maguindanao.
Ini merupakan kelanjutan dari perang melawan narkoba yang dideklarasikan Presiden Filipina Rodrigo Duterte beberapa tahun lalu.
Kepolisian Nasional Filipina mengklaim telah berusaha menyerahkan surat penggeledahan ke sebuah kompleks perumahan milik Pendatun Adsis Talusan, mantan kepala desa yang diduga terlibat perdagangan narkoba.
“Kami hendak memberikan surat penggeledahan. Tapi para tersangka menembaki petugas yang baru tiba di lokasi,” kata Mayor Esmael Madin dari Kepolisian Nasional Filipina, dilansir dari laman The Straits Times pada Minggu (24/1/2021).
Baku tembak di Sultan Kudarat berlangsung selama berjam-jam. Warga sekitar pun panik dan mencoba melarikan diri ke tempat aman.
Otoritas Filipin mengatakan, Talusan termasuk dari belasan orang yang tewas dalam penyerbuan.
Ini merupakan penyerbuan operasi narkoba paling mematikan oleh Kepolisian Filipina sejak 2017. Empat tahun lalu, seorang wali kota di wilayah selatan Filipina juga tewas dalam penggerebekan narkoba. Duterte menuduh wali kota tersebut terlibat perdagangan obat-obatan terlarang.
Menurut data Kepolisian Filipina, hampir 8.000 orang tewas sejak Duterte memulai perang melawan narkoba pada 2016. Kepolisian Filipina mengklaim, sebagian besar kematian merupakan aksi polisi yang hanya membela diri dari ancaman. Namun menurut beberapa grup hak asasi manusia, polisi di Filipina secara rutin melakukan pembunuhan di luar jalur hukum.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional di (ICC) Den Haag mengatakan adanya “basis yang dapat diterima” untuk meyakini bahwa pasukan keamanan Filipina mungkin telah melakukan kejahatan kemanusiaan dalam perang narkoba Duterte.
ICC mengatakan dalam beberapa bulan ke depan pihaknya akan menentukan apakah dugaan ini layak diinvestigasi secara menyeluruh. (ATN)
Discussion about this post